Find Us On Social Media :

Unik, Wanita Ini Cari Tahu Reaksi Para Orangtua di Pasar Jodoh Bagi Anak Mereka yang Belum Menikah

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 31 Maret 2018 | 21:30 WIB

Intisari-Online.comJodoh siapa yang tahu. Namun, tidak juga dapat jodoh bisa jadi meresahkan bagi sebagian orang, terutama kaum wanita.

Tidak heran bila banyak orang memanfaatkan situs kencan dengan harapan bisa mendapat jodoh.

Mirip dengan situs kencan, di China ada ‘pasar jodoh’ yang terkenal. Pasar unik ini digelar di Taman Rakyat di Shanghai.

Memasuki pasar ini, pengunjung bisa melihat-lihat berbagai ‘poster profil para wanita’. Dalam poster itu dicantumkan pula keterangan, mulai dari nama, umur, hingga gelar pendidikan dan gajinya.

Namun, yang terbanyak adalah poster-poster yang digantungkan di rangkaian tali yang disediakan. Poster-poster itu dijepit dengan jepitan layaknya seperti sedang menjemur pakaian.

(Baca juga: 3 Cara Mudah Temukan Pasangan Hidup Tanpa Harus Kunjungi Situs Kencan Online! 'Jomblo' Wajib Coba!)

Ada juga poster-poster yang ditempelkan di atas payung yang terbuka. Sementara pemilik payung, yaitu ibu dari wanita yang ada di poster itu, duduk berjajar di depan payung masing-masing.

Nah, seorang fotografer wanita bernama Guo Yingguang (34 tahun), melakukan penelitian khusus sebagai bagian dari proyek penelitian sosial.

Untuk itu, ia bersenjatakan sebuah kamera tersembunyi. Dengan kamera itu ia merekam interaksinya dengan para orangtua yang mencari pasangan tepat bagi anak mereka yang belum menikah.

Tentunya, poster berisi profil Guo juga ada di pasar pernikahan ini. Dalam profilnya, wanita itu menyertakan gelar akademiknya yang mengesankan.

Wanita itu punya gelar master dari sebuah ‘universitas asing’ dan lulus dengan summa cum laude. Ia juga mencantumkan gaji yang diterimanya setiap bulan dari pekerjaannya.

Namun ternyata, sepertinya semua orang yang datang ke pasar pernikahan itu hanya memedulikan sekeping informasi saja. Satu hal yang ditanyakan oleh para orangtua kepada Guo adalah: “Berapa umurmu?”

Ketika wanita itu menjawab bahwa ia lahir pada 1983, sebuah momen yang kaku tidak bisa terhindarkan muncul dari wajah para orangtua.

(Baca juga: Berawal dari Bosan, Nenek Ini Mendadak Jadi Selebritas Internet Setelah Membuka Biro Jodoh Online)

Mereka memperlihatkan rasa kekecewaan dan kekhawatiran. Salah seorang ibu langsung berkata: “Oh, kamu sangat berani!”

Mengapa demikian? Pasalnya, di China, wanita yang umurnya lebih dari 25 tahun dianggap sebagai ‘perawan tua’. Dalam bahasa China disebut dengan “sheng nu”.

Mereka yang menjadi perawan tua jadi sulit mendapatkan jodoh. Nasib lebih malang bila wanita itu tidak memiliki wajah yang cantik.

Tahun Baru Imlek menjadi hari yang paling menyedihkan bagi para wanita yang telat jodoh ini. Pasalnya, mereka sering kali mendapat pertanyaan ‘mengapa belum menikah’ atau ‘berapa umurmu’.

Dilansir dari situs Inquirer, Minggu (25/3), Guo Yingguang bekerja sebagai fotografer bagi media China Daily dan Reuters.

Ia kuliah di sebuah sekolah seni di London pada saat ia berumur 30 tahun, setelah putus dari pria yang ia kencani selama 9 tahun.

Selama masa itu, ia merasa menderita akan dirinya sendiri. Ia hanya berbaring di ranjangnya selama berhari-hari, menatap atap rumah, dan berpikir bahwa hidupnya telah berakhir.

(Baca juga: Rey Utami, Tinder, dan Reinkarnasi Bisnis Mak Comblang di Zaman Digital)

Namun, ia segera tersadar bahwa menjadi seorang lajang berarti bisa bebas meraih ambisinya. Wanita yang bebas bersemangat itu kemudian pergi ke Inggris.

Di negeri itulah ia mampu meraih rasa percaya diri dan bangga untuk menentang nilai-nilai konvensional dan tradisional China.

Nah, ia berkunjung ke pasar jodoh di Shanghai, bukan untuk mencari jodoh. Ia ingin menyelesaikan buku fotografi yang ditulisnya dengan judul ‘The Bliss of Conformity’.

Buku itu memfokuskan pada topik-topik tabu seperti perjodohan yang diatur keluarga dan perawan tua.

Guo Yingguang berharap, wanita-wanita di negerinya bisa seperti dirinya: berpendidikan, bisa traveling, dan mandiri, tetapi lajang.

Selama ini ada kepercayaan bahwa wanita harus menikah dan punya anak untuk mendapat kebahagiaan. Itu sebabnya, wanita yang lajang adalah buruk yang bisa merugikan wanita itu.

Lebih jauh lagi, tampaknya semakin buruk bila disangkutkan dengan umur. Ada pandangan wanita berhenti jadi cantik dan jadi ‘tidak dipandang’, biasanya ketika wanita itu mencapai usia pertengahan atau 50-an.

“Aku ingin lebih banyak wanita tahu untuk tidak memedulikan apa yang orang pikir. Kamu punya hak untuk menghidupkan kehidupanmu sendiri. Satu-satunya orang yang bisa menghakimi kita adalah diri kita sendiri,” tutup Guo Yingguang.

(Baca juga: Tulis Informasi Unik di Tinder, Wanita dengan Satu Lengan Ini Bikin Banyak Pria yang Mau Berkenalan Dengannya)