Find Us On Social Media :

Adolf Hitler Perintahkan Pasukannya Bertindak Seperti Gangster, Nyawa Rekan Sendiri dan Jutaan Warga Yahudi pun Melayang

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 31 Maret 2018 | 06:00 WIB

Intisari-Online.com - Pada awalnya, ketika mulai meniti karier dan kekuasaannya melalui Partai Nazi, Adolf Hitler memiliki dua unit pengawal pribadi yakni SA (Sturmabteilung) dan SS (Schutzztaffel).

Tapi dalam perkembangannya antara SA dan SS malah saling bersaing, apalagi Hitler ternyata lebih percaya kepada SS.

SA sebagai pioner pengawal pribadi Hitler merasa iri telah ditinggalkan, sementara pemimpinnya Ernst Roehm dikenal ambisius.

Ia mengusulkan pembentukan  “Tentara Rakyat” yang mencakup SA, SS, dan pasukan reguler Jerman (Reichswehr).

Tapi upaya Roehm itu malah membuat Hitler curiga karena dirinya merasa disaingi.

Bukan hanya Hitler yang mencurigainya, tentara reguler pun rupanya juga tidak senang.

(Baca juga: Meski Terkesan Kejam, Nama Adolf Hitler Ternyata Pasaran dan Sering Digunakan Keluarga Petani Kecil)

Untuk memperoleh kepercayaan dari Reichswehr, Hitler harus bertindak cepat untuk menghentikan ambisi Roehm dan kawan-kawannya dari SA.

Untuk itu Hitler diam-diam memerintahkan salah seorang kepercayaannya, Josef “Sepp” Dietrich untuk memimpin aksi kilat dan brutal terhadap pimpinan SA.

Pasukan SS digerakan pada 30 Juni 1934 untuk menangkapi dan menghabisi pimpinan SA yang kesetiaannya diragukan oleh Hitler.

Sejumlah pimpinan SA langsung ditembak di tempat, sementara Roehm dijebloskan ke penjara Stadelheim, tempat ia pernah dibui karena membantu Hitler dalam kudeta gagal tahun 1923.

Di sini, ia dipaksa membuka bajunya, dan dengan bertelanjang dada menghadapi Dietrich dan orang-orang lain yang dikenalnya, yang kini bertindak sebagai algojo.

Roehm hanya sempat berkata, “Oh, mein Fuhrer,” sebelum tubuhnya dihujani peluru.

Berapa pimpinan SA yang terbunuh hari itu, tidak pernah jelas karena eksekusinya dilakukan di berbagai tempat yang berlainan.

Pembersihan terhadap Roehm serta elemen yang tidak disukai Hitler menunjukkan bahwa pemerintahan Nazi tak ubahnya seperti ‘pemerintahan gangster’ yang saling bunuh di antara bekas teman sendiri.

Peristiwa teror dan pembantaian tersebut kemudian dikenal sebagai The Night of the Long Knives alias Malam Pisau Panjang.

(Baca juga: Didoktrin Tidak Perlu Percaya Tuhan, Pasukan SS Nazi Menjadi Pasukan Paling Brutal dan Kejam di Dunia)

Tetapi peristiwa ini sekaligus menunjukkan betapa pasukan SS membuktikan loyalitas total mereka dengan menjalankan perintah secara membuta.

Hitler pun semakin yakin bahwa SS yang dibangun Himmler, benar-benar dapat diandalkan sebagai bentengnya untuk menghadapi setiap musuh.

Hitler menyatakan kini SS sepenuhnya menjadi bagian independen dari Partai Nazi, dan tidak lagi di bawah SA yang baru dihajarnya itu.

Keluar sebagai pemenang atas SA yang merupakan bekas induknya, SS pun semakin meningkatkan organisasi dan kekuatannya.      

Loyalitas fanatik terhadap Hitler terus ditanamkan dalam-dalam.

Karena itu tak heran bila bunyi sumpah setiap SS adalah, “Saya bersumpah kepadamu, Adolf Hitler, sebagai Pemimpin dan Kanselir Reich, kesetiaan dan keberanian.”

“Saya bersumpah kepadamu, dan mereka yang kau tunjuk untuk memimpin saya, kepatuhan sampai mati. Karena itu bantulah saya ya Tuhan.”

Sumpah ini sungguh-sungguh hanya tertuju bagi pribadi Hitler, bukannya kepada negara atau pun angkatan perangnya.

Tatkala memenangkan pertarungan dengan SA, kekuatan SS telah mencapai sekitar 200 ribu orang.

Jumlah ini akan menjadi 240 ribu saat Perang Dunia II pecah.

(Baca juga: Jalin Percintaan dengan Anggota Gangster Yakuza, Nasib Polisi Wanita Jepang Ini Berakhir Tragis)

Sewaktu Jerman kalah tahun 1945, masih terdapat sekitar satu juta personel SS yang bersenjata.

Heinrich Himmler yang perawakannya sendiri tidak mengesankan, menetapkan kriteria ketat bagi para calon anggota SS.

Ia ingin agar pasukan istimewa ini menyerupai para Pengawal Proetoria di zaman Kekaisaran Romawi dulu.

Karena itu Himmler menerapkan para calon sukarelawan anggota SS harus berusia antara 17 sampai 22 tahun, dengan tinggi badan mencapai minimal 178 cm untuk pasukan kawal  pribadi Hitler atau Leibstandarte SS Adolf Hitler.

Sedangkan untuk pasukan SS lainnya minimum 174 cm, dan untuk pasukan perintis, sinyal, serta musik boleh 172 cm.

Berbagai persyaratan ketat lainnya juga harus dipenuhi, seperti harus orang Jerman asli yang mampu menunjukkan asal usul  keturunan sebelumnya hingga tahun 1800.

Punya pandangan kenazian, tidak berkacamata, tidak punya gangguan kesehatan fisik dan mental lainnya, telah merampungkan kewajiban tugas dalam korps pekerja atau RAD (Reich Arbeitsdienst), tidak punya catatan kriminal, dan lainnya.

Himmler menggariskan, dari wajah para calon, tidak boleh ada yang menyerupai atau memiliki karakteristik orang Slav atau Mongol.

(Baca juga: Keluarga Yahudi Ini Lolos dari Maut Holocaust Justru Gara-gara Keterbatasn Fisik yang Mereka Miliki)

“Karena di mata orang Jerman, berwajah semacam itu lucu dan sering menimbulkan kesan seperti orang asing,” kata Himmler yang menekankan “kearyaan” para calon SS-nya.

Selain itu para anggota SS pun harus menurunkan anak-anak Arya yang cakap dan sehat, guna melanjutkan masa depan Jerman Nazi yang telah diproklamirkan Hitler akan berumur hingga seribu tahun.

Karena itu setiap wanita yang akan menikah dengan anggota SS pun diwajibkan menunjukkan asal usul nenek moyangnya untuk diteliti oleh Hitler.

Himmler sendiri diberi pangkat Reichfuhrer- SS yang dalam ketentaraan reguler disejajarkan dengan Field Marshal (Inggris) atau General of the Army (AD Amerika).

Selain memimpin SS, Himmler juga berkuasa atas polisi rahasia atau Gestapo, Geheime Staatspolizei.

Terhadap mereka yang dianggap menentang ideologi Nazi , ia membuka kamp konsentrasi di Dachau untuk “mendidik kembali” para musuh politik.

Kamp semacam ini kemudian ditambah di Buchenwald dan Sachsenhausen.

Kamp-kamp reedukasi yang dijaga SS ini nantinya berubah fungsi menjadi kamp pembantaian orang Yahudi pada masa Holocaust.

Jutaan warga Yahudi tewas akibat kekejaman dan kebrutalan pasukan SS yang sangat fanantik terhadap Hitler itu.

(Baca juga: Tokkeitai, Dinas Rahasia AL Jepang yang Gemar Membantai Warga Indonesia Tak Bersalah dalam Perang Dunia II)