Find Us On Social Media :

Inilah 9 Fakta tentang Bumi dan Luar Angkasa yang Ternyata Salah: Matahari Tidak Berwarna Kuning dan Bumi Tidak Benar-benar Bulat

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 24 Maret 2018 | 16:00 WIB

Intisari-Online.com – Tidak semua hal tentang bumi dan luar angkasa yang kita ketahui selama ini benar.

Inilah 9 fakta tentang bumi dan luar angkasa yang ternyata salah.

1. Matahari berwarna kuning

Jika Anda melihat sekilas ke arah matahari, mungkin warna yang terlihat adalah kuning.

Nyatanya, matahari sebenarnya berwarna putih. Yang membuat matahari terlihat kuning adalah atmosfer bumi.

Gas yang ada di atmosfer membelokkan cahaya sehingga warna pun menjadi berubah. Hal yang sama juga terjadi pada langit yang terlihat biru.

(Baca juga: Bukan Manusia, Sistem Tata Surya Baru dengan 8 Planet Itu Ditemukan oleh Kecerdasan Buatan Milik Google)

2. Sahara bukan gurun terbesar di dunia

Gurun tak harus bersuhu panas dan dipenuhi pasir. Definisi gurun adalah tempat yang kering dan tak bisa ditinggal. Jadi, gurun terbesar di dunia adalah Antartika.

Curah hujan di sini sangat rendah dan begitu sedikit hewan yang bisa tinggal.

Luas Antartika sendiri adalah 140 juta kilometer persegi  sedangkan luas Gurun Sahara hanyalah 94 juta kilometer persegi.

3. Gravitasi bulan menyebabkan pasang surut

Mitos ini hanya benar separuh karena yang menyebabkan pasang dan surut air laut di bumi tak hanya gravitasi bulan saja.

Pasang surutnya laut juga dipengaruhi oleh rotasi bumi yang memiliki kecepatan kurang lebih satu kilometer per jam.

Jadi air yang ada di laur akan seperti ‘terlempar’ saat mencapai titik tertentu sehingga menimbulkan efek pasang air laut.

(Baca juga: Stephen Hawking Meninggal Dunia: Ketika Hawking Puas Menikmati Gravitasi Nol)

4. Bumi berbentuk bulat

Bumi sebenarnya bukan berbentuk bulat melainkan elips. Karena rotasi bumi, bentuk kutub utara dan selatan bumi sebenarnya sedikit datar sedangkan bagian tengah (ekuator) lebih gembung.

Ditambah lagi sekarang sudah terjadi global warming sehingga es yang ada di kutub terus mencair. Hal ini membuat bentuk bumi kian elips.

5. Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia

Jika diukur secara teknis, gunung tertinggi di dunia sebenarnya bukanlah Gunung Everest. Gunung ini memang merupakan yang tertinggi jika diukur berdasarkan tingginya dari permukaan laut.

Namun jika kita mencari gunung yang paling tinggi dari dasar hingga puncaknya, yang tertinggi di dunia adalah Gunung Mauna Kea di Hawai.

Tinggi Gunung Everest adalah 8.850 meter di atas permukaan laut sedangkan Mauna Kea 4.205. Namun jika diukur dari dasar hingga puncaknya, maka tinggi Gunung Mauna Kea adalah 10.210 meter.

6. Air adalah konduktor listrik

Air yang murni atau sudah melalui proses distilasi sama sekali tidak menyalurkan listrik. Jadi alasan mengapa lisrik dapat mengalir di air adalah karena air itu tidak bersih.

Air yang bisa menyalurkan listrik adalah air yang mengandung mineral, kotoran, dan berbagai hal lain yang bisa menyalurkan listrik.

(Baca juga: Silahkan Pilih 1 dari 8 Gambar Matahari Ini, Pilihan Anda Bisa Tunjukkan Sifat Kepribadian Anda)

7. Ada tiga jenis bentuk zat yaitu padat, cair, dan gas

Sebenarnya ada bentuk zat keempat yaitu plasma. Bentuk plasma adalah bentuk yang paling banyak di alam semesta ini karena bentuk plasma dimiliki oleh bintang-bintang seperti matahari yang menyinari kita setiap hari.

Ada sejumlah sub-bentuk lain dari zat namun yang utama adalah empat tadi.

8. Musim panas suhunya tinggi karena bumi lebih dekat dengan matahari

Di musim panas, bumi sama sekali tidak lebih dekat ke matahari. Faktanya, bumi justru berada pada titik yang terjauh dari matahari ketika musim panas.

Bumi menjadi lebih panas karena di musim ini bumi miring terhadap matahari sehingga sinar matahari lebih menyinari bumi dengan langsung.

9. Pergi ke luar angkasa membuatmu tak punya berat badan

Ketika pergi ke luar angkasa, bukan berarti kita akan kehilangan semua bobot tubuh kita.

Bila belum terlalu jauh dari bumi, kita masih bisa merasakan daya tariknya. Sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa luar angkasa dihitung mulai 100 kilometer dari bumi. Di situ, kita masih bisa merasakan gravitasi bumi.

(Baca juga: April Nanti Stasiun Luar Angkasa China Diprediksi Akan Jatuh di Indonesia dan Akan Terlihat di 3 Kota Ini)

Ketika sudah berada sangat jauh dari bumi tepatnya di atas 400 kilometer, barulah kita bisa lepas dari gravitasi bumi.

Itu pun baru bisa didapat bila kita mengorbit bumi dengan kecepatan 17,5 kilometer per jam, kecepatan yang memang digunakan saat ini oleh stasiun luar angkasa kita.

(Lila Nathania)