Find Us On Social Media :

Angkat Dirinya Sebagai Presiden Seumur Hidup, Bung Karno Beberapa Kali Jadi Sasaran Pembunuhan

By Ade Sulaeman, Jumat, 23 Maret 2018 | 09:00 WIB

Beberapa negara memperoleh kemerdekaannya tanpa melalui kekerasan berkat gerakan Non Blok sehingga nama Soekarno cukup populer di Asia-Afrika.

Tak hanya itu untuk menjalankan politik Non Blok dan politik luar negeri yang bebas aktif Bung Karno juga mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara yang berkaliber dunia.

Di antaranya Nikita Khrushchev (Uni Soviet), John F. Kennedy (AS), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse-Tung (China), dan lainnya. Nama Bung Karno makin populer di tingkat internasional.

Setelah mengukir sejumlah prestasi, mulai tahun 1955 Bung Karno menghadapi guncang lagi.

Demi memenuhi kebutuhan membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru Bung Karno menyetujui penyelenggaraan Pemilu.

Hasil dari pemilu yang pertama sekaligus terakhir bagi Bung Karno itu memunculkan empat partai pemenang seperti PSI, Masjumi, NU serta PKI.

Ketika empat partai itu mulai bersidang untuk menyusun UUD baru yang terjadi justru konflik yang berkepanjangan dan mengancam kesatuan negara termasuk kredibilitas Bung Karno sendiri.

Untuk mengatasi kemelut dan negara yang berada di ambang perpecahan, dengan dukungan Angkatan Darat, Bung Karno mengumumkan dekrit 5 Juli 1959 yang isinya membubarkan Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945.

Bung Karno bahkan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup sehingga memunculkan rasa ketidakpuasan, keadaan ekonomi yang morat-marit, dan pemberontakan PRRI/Permesta yang melibatkan tokoh-tokoh PS serta Masjumi.

Kedua partai ‘pemberontak’ itu lalu dibubarkan oleh Bung Karno dengan akibat sejumlah upaya pembunuhan terhadap presiden.

Sejumlah upaya pembunuhan itu antara lain pelemparan granat terhadap rombongan Bung Karno di Cikini, Jakarta (November 1957) dan penembakkan menggunakan jet tempur oleh Daniel Maukar (Maret 1960).

Upaya pembunuhan terhadap Bung Karno lainnya adalah penembakan di Rajamandala, Cianjur ( April 1960)), dan pelemparan granat di Makasaar (Januari 1962).

Penembakan terhadap Bung Karno yang gagal di komplek Istana Presiden, Jakarta (Mei 1962), serangan mortir saat Bung Karno berkunjung ke Sulawesi ( 1960), serta serangan granat rombongan presiden di Cimanggis, Bogor (Desember 1964).

(Baca juga: Realita Bekerja di Kapal Pesiar: Saat Beban Kerja Tidak Semanis Gajinya!)