Find Us On Social Media :

Selain Kemampuan Militer dan Senjata yang Mematikan, Pilihan Iran untuk Membalaskan Dendam Soleimani Rupanya Masih Sangat Banyak, Termasuk Membangkitkan ISIS

By Maymunah Nasution, Rabu, 8 Januari 2020 | 12:30 WIB

Setelah kematian Jenderal Qasem, seluruh rakyat Iran berduka di jalanan

Intisari-online.com - Pembunuhan Jenderal Iran Qasem Soleimani yang terjadi di Irak rupanya dimulai sejak serangan tanggal 27/12/2019, yang tercatat membunuh warga sipil seorang kontraktor Amerika.

Amerika menyalahkan pasukan militan Kata'ib Hezbollah, yang merupakan militan gabungan antara Iran dan Irak, dan selanjutnya melancarkan serangan menyerang 5 fasilitas Hezbollah di Irak dan Suriah.

Saat itu tercatat terdapat 25 pasukan Hezbollah gugur, dan lusinan pasukan terluka.

Selanjutnya Iran melawan dengan menggerakkan militan Irak, yang berhasil mengepung Kedutaan Amerika di Baghdad, sebelum sama-sama menarik pasukan pada Tahun Baru.

Baca Juga: Jarang ada Yang Menyadari, Pembunuhan Soleimani Justru Menyebabkan Jepang Terancam 'Terseret' dalam Perang Berkepanjangan, Mengapa Demikian?

Dua hari kemudian, Soleimani ditarget dan dibunuh.

Pembunuhan tersebut diyakini adalah bagian dari upaya konteks memanaskan ketegangan antara Amerika dan Iran, entah apapun motif dari pembunuhan tersebut.

Kebijakan Trump untuk memberikan tekanan maksimal pada Iran adalah untuk mengubah perilaku Iran.

Tentunya, itu membuat Iran mengadopsi menyiapkan ketahanan maksimal untuk menangkis serangan Amerika.

Baca Juga: Hati-hati, Penggunaan Obat Nyamuk di Rumah Sama Saja dengan Menyebarkan Penyakit Kanker Darah Kepada Semua Anggota Keluarga!