Begitu kata Nurman di sela-sela Pelatihan dan Workshop UMKM Benua Niaga-PT Angkasa Pura II di Bandung, akhir pekan lalu.
Kondisi itu mamaksa dia berhenti kuliah di semester II. Keputusanitu tentu saja ditentang orangtua, terutama sang ayah.
Bahkan, Nurman sempat mengalami perang dingin dengan sang ayah. Mereka sama sekali tidak saling menyapa. Uang jajan pun diputus.
“Enggak sampai kabur dari rumah. Tetap pulang karena harus makan,” kata Nurman sambil tersenyum mengingat masa lalunya.
Suatu hari, ia bermain ke rumah teman dan diberi dompet. Begitu pulang, ia memerhatikan dompet tersebut.
“Untuk apa dompet, kalau tidak ada isinya. Akhirnya saya menjual paksa dompet tersebut ke teman saya Rp 150.000,” imbuhnya.
Uang tersebut ia belikan bahan untuk membuat gelang dan berbagai aksesoris, dan kemudian menjualnya.
Modal itu terus ia putar, namun pada akhirnya dia bangkrut. Dalam setahun, setidaknya empat usaha yang dirintisnya bangkrut.