Find Us On Social Media :

Medina Zein Konsumsi Obat Bipolar Selama 4 Bulan: Penderita Bipolar Itu Biasanya Pintar, Ini Alasannya

By Mentari DP, Jumat, 3 Januari 2020 | 09:00 WIB

Medina Zein konsumsi obat bipolar selama 4 bulan.

Intisari-Online.com – Kasus narkoba yang menimpa Medina Zein sempat membuat publik terkejut.

Bagaimana tidak, Medina Zein yang dikenal sebagai pengusaha muda dan memiliki aset ratusan juta rupiah positif menggunakan narkoba berjenis amfetamin dengan melalui tes urine.

Oleh karenanya, kini Medina Zein ditetapkan sebagai tersangka.

Belum selesai, publik kembali dikagetkan dengan fakta bahwa istri dari Lukman Azhari tersebut sudah empat bulan mengonsumsi obat bipolar.

Baca Juga: Masih Ingat Kasus Kopi Sianida? Hampir 4 Tahun Pasca Kematian Mirna Salihin, Seorang Ahli Bongkar Fakta Ini

Hal tersebut disampaikan oleh ibu Medina Zein sendiri, Hj. Tien Wartini.

Dilansir dari kompas.com pada Jumat (3/1/2020), menurut Tien Wartini, Medina Zein memang sering mengeluh keletihan hingga mengidap bipolar.

Oleh karenanya, meminum obat tersebut.

"Ada capek sedikit harus minum obat karena capek, banyak cita-cita, bipolar.”

“Terus ada dari urinnya juga, saya takut salah ya, maaf ya," kata Tien Wartini saat dijumpai di Ditrestnarkoba Polda Metro Jaya pada Kamis (2/1/2020).

Apa itu bipolar?

Bipolar merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya perubahan suasana hati atau mood.

Gangguan bipolar muncul dalam periode tertentu dan sering kali tidak disadari penderitanya.

"Bipolar itu gangguan mood swing (perubahan mood).”

“Dibilang "Bi", itu maksudnya dua kutub, yaitu mood manik dan depresi," ujar dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSPP, Endah Ronawulan dalam seminar Bipolar Mind, Stop, Think, and Understand di Jakarta pada  Rabu (30/3/2016).

Baca Juga: Kasus Ayah Nikahi Anak Kandungnya Sendiri: Begini Efek Samping Perkawinan Sedarah Secara Sains

Cenderung pintar

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda satu dengan yang lain. Kelebihan juga berlaku pada penderita gangguan bipolar.

Beberapa tokoh dunia dikenal sebagai penderita gangguan bipolar karena keunggulannya masing-masing seperti aktris Sinead O’ Connor, aktor Jim Carrey hingga novelis Sidney Sheldon.

Menanggapi kelebihan ini, psikiater dr. Nurmiati Amir Sp.KJ (K) mengatakan, penderita gangguan bipolar memang punya kecenderungan pintar.

“Penderita bipolar memiliki episode yang disebut hipomanik. Saat inilah biasanya dia menjadi lebih pintar,” katanya.

Episode hipomanik, kata Nurmiati, merupakan rangkaian episode pada gangguan bipolar seperti halnya manik dan depresi.

Rangkaian episode ini merupakan gangguan mood yang menjadi ciri khas penderita bipolar.

Rangkaian episode terus berganti setiap harinya dengan durasi yang berbeda pada setiap penderita.

Episode hipomanik ditandai dengan kreativitas yang luar biasa, bahkan terlihat berlebihan dibanding orang lain pada umumya.

Namun ide kreatif ini masih dapat diwujudkan dan realistis kendati di luar kebiasaan.

Hal ini bertolak belakang dengan episode manik yang ditandai munculnya ide yang sangat tidak realistias dan berlebihan.

Episode manik bahkan menyebabkan penderitanya merasa bangga diri.

“Hipomanik masih dalam tahap kewajaran.”

“Sedangkan manik sangat berlebihan hingga penderita tampak berlimpah energi, sampai merasa tidak perlu tidur,” kata Nurmiati.

Baca Juga: Fakta-fakta Kasus Penyelundupan Mobil dan Motor Mewah, Diakui Sebagai Batu Bata Hingga Rugikan Negara Rp647,5 Miliar

Hipomanik sendiri merupakan episode khas bipolar tipe 2.

Gangguan bipolar tipe 2 umumnya muncul pada usia 15-24 tahun.

Sayangnya, orangtua dan lingkungan umumnya luput memperhatikan gejala ini. Hal ini dikarenakan orangtua dan lingkungan kerap merasa penderita memang pintar.

Jika penderita sedang tidak dalam episode hipomanik, maka keadaan tersebut dianggap biasa saja.

“Siapa yang tidak bangga bila punya anggota keluarga pintar? Kalaupun kemudian diketahui, beberapa penderita dan anggota keluarga menolak pengobatan karena merasa baik-baik saja.”

“Padahal bila ditangani sejak dini, kemungkinan untuk pulih semakin besar,” ungkap Nurmiati.

Diagnosa pada usia muda juga memudahkan deteksi bipolar, dibanding pada usia tua yang kerap serupa dengan skizofrenia atau depresi unipolar.

Hal ini dikarenakan, gangguan bipolar tidak mempengaruhi kemampuan kogitif sehingga seseorang masih bisa berprestasi.

Kondisi ini jelas berbeda dengan gangguan skizofrenia.

“Penderita skizofrenia akan mengalami penurunan kemampuan kognitif, hingga akhirnya tidak melanjutkan pendidikan. Sementara penderita bipolar masih bisa berkreasi,” ujar Nurmiati.

Penanganan sedini mungkin, kata Nurmiati, mencegah kekambuhan semakin kerap terjadi. Sehingga penderita bisa lebih nyaman dan menjaga kualitas hidupnya.

Tentunya pengobatan ini harus didukung lingkungan dan keluarga, yang menyediakan suasana kondusif bagi kesembuhan penderita.

“Karena itu perhatikanlah anggota keluarga dekat yang seolah memiliki loncatan mood.”

“Jangan merasa baik-baik saja hanya karena dia pintar atau kreatif.”

“Penaganan sejak dini usia muda sekaligus menutup kemungkinan perubahan tipe menjadi bipolar 2 hingga mixed type saat usia tua,” tandas Nurmiati.

(Rosmha Widiyani)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penderita Bipolar Biasanya "Pintar"?")

Baca Juga: Kasus Mahasiswi Makassar yang Tewas di Tangan Kekasih: Mengapa Beberapa Orang Membunuh Orang yang Mereka Cintai? Ini Kata Psikolog