Penulis
Intisari-online.com -Baru-baru ini beredar kisah mengenaskan di Twitter.
Dibagikan oleh akun bernama @BelzebubVos, kisah ini mendapatkan hampir 16000 Retweets dan disukai 21000.
Kisah ini berupa seorang anak kecil tidur di emperan teras di Kalimantan Barat.
Dia tidak sadar jika saat dia tidur, dia sedang kehujanan.
Baca Juga: Kerap Dilakukan, Ternyata Beri Minuman ke Korban Kecelakaan Efeknya Bisa Fatalm Jangan Lakukan Lagi!
Dia diapresiasi karena meski ia tahu tempatnya adalah tempat yang kotor, tetapi dia masih melepaskan sandalnya.
Pakaian bocah itu terlihat lusuh dan kebesaran.
Kabar terbaru mengatakan jika dia sudah ditolong oleh seseorang.
Pertolongan datang saat dia berada di kantor polisi.
Namun rupanya bocah itu memiliki alasan mengapa ia sampai melarikan diri.
Ia mengaku, jika orang tuanya sering memukulinya.
Baik itu ayah maupun ibunya.
Twitter kemudian ramai menanggapi kisah tersebut.
Banyak yang menyatakan kekesalan yang mereka rasakan terhadap orang tuanya.
Kasus penganiayaan anak memang semakin sering kita dengar.
Di tahun 2017, Seorang ibu dan kekasih barunya tega meracuni seorang balita untuk menutupi penganiayaan yang mereka lakukan.
Sadisnya, usai meracuni, mereka malah bermain video game dan Facebook sementara sang balita terbaring sekarat.
Balita itu, Eve Leatherland yang baru berusia 22 bulan meninggal pada Oktober 2017 di rumahnya di Liskeard, Cornwall dengan cedera seperti yang disebabkan oleh kecelakaan mobil.
Tengkorak anak itu retak, tulang rusuknya patah dan hatinya pecah.
Sedang ibunya, Abigail Leatherland (24) dan kekasihnya Tom Curd (31) dari Watford diduga gagal mendapatkan bantuan untuk Eve.
Sebaliknya, Pengadilan Truro Crown mendengar bahwa pasangan itu justru menonton TV, bermain video game, saling mengirim pesan dan chatting dengan orang-orang di Facebook.
Dilansir dari Daily Mail pada Selasa (12/3/2018), pos mayat gadis itu mengungkapkan bahwa sejumlah besar kodein penghilang rasa sakit pada orang dewasa, obat yang tidak boleh diberikan pada anak-anak, justru ditemukan dalam tubuhnya.
Dalam persidangan yang berlangsung pada Selasa (12/3), keduanya didakwa dengan pembunuhan, pembunuhan karena kelalaian, dan menyebabkan atau membiarkan kematian seorang anak.
Mereka berdua membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas cedera yang dialami Eve.
Membuka kasus ini, pengacara Sean Brunton mengatakan, "Eve Leatherland dibunuh di rumahnya sendiri. Dalam beberapa hari menjelang kematiannya, dia diserang setidaknya dua kali, mungkin beberapa kali.