Find Us On Social Media :

Kaleidoskop Intisari 2019: Tuna hingga Lobster Indonesia Kini Rajai Pasar Dunia, Semua Berkat Aksi Menteri Susi Tenggelamkan Ratusan Kapal

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 23 Desember 2019 | 14:50 WIB

 

Intisari-Online.Com - Salah satu yang menjadi topik pemberitaan dalam tahun-tahun terakhir yakni tentang hasil laut Indonesia yang rajai pasar dunia.

Todung Mulya Lubis, Duta Besar Indonesia untuk Norwegia mengatakan, komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia.

Ini karena Norwegia telah mengimpor beberapa produk ikan laut seperti barramundi, tuna, red snapper, makarel dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting, udang, cumi-cumi, lobster serta rumput laut.

Kabar baik bagi Indonesia itu terungkap saat Todung Mulya Lubis berkujung ke perusahaan Importir Norwegia Sletten Norge AS (sektor seafood) dan Scanesia AS (produk makanan/minuman kemasan).

Seperti dikutip dari Antara, Todung mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi eksportir terbesar tuna di dunia.

Baca Juga : Menteri Susi Pamer Ikan Teri Laut Natuna, Ini yang Terjadi Pada Tubuh Bila Makan Nasi dan Teri Setiap Hari

Indonesia memiliki keunggulan, sehingga tidak diragukan lagi dari segi legalitas dan traceability komoditi hasil lautnya.

Dengan semakin gencarnya upaya pemberantasan IUU Fishing dan praktek penangkapan ikan (termasuk budidaya ikan) yang berkelanjutan, merupakan suatu keniscayaan komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia di masa mendatang.

Dia menyampaikan, Indonesia dan negara-negara EFTA termasuk Norwegia dalam proses ratifikasi perjanjian IE-CEPA diharapkan dapat mengurangi hambatan tarif dan memperlancar arus barang, sehingga dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Norwegia.

Baca Juga: 8 Jam Berlayar di Laut Tapi Tak Melihat Air, Pelaut Ini Saksikan Kemunculan Batuan Raksasa Selebar 20.000 Kali Lapangan Sepak Bola, Dari Mana Asalnya?

Untuk itu Todung mendukung perlunya promosi produk secara berkelanjutan di Norwegia, yang pada akhirnya mengukuhkan eksistensi branding produk dalam market-share di Norwegia.

Dia juga mendorong peningkatan laju investasi dari Norwegia ke Indonesia guna mendukung pembangunan kapasitas industri nasional yang berorientasi ekspor, sehingga berdaya saing tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar internasional.

Sementara itu, CEO SN-AS, Mani Sletten, menyampaikan informasi mengenai beberapa produk yang selama ini diimpor langsung dari Indonesia.

Produk itu berupa berbagai jenis ikan laut (barramundi, tuna, red snapper, macarrel) dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting (king crab), udang (emperor prawn/shrimp), cumi-cumi, lobster dan rumput laut.

Baca Juga: Terjebak di Goa Lele, 3 Mahasiswa Unsika Meninggal: Berikut 3 Kisah Tragis Manusia Terperangkap di Dalam Goa

Dikatakannya proses pembersihan, pemotongan, pengepakan dan pendinginan/pembekuan komoditi tersebut dilakukan di Indonesia, selanjutnya dikirim ke Norwegia dengan kapal laut dengan volume rata-rata impor sekitar 10-20 ton per minggu.

SN-AS mendistribusikan produk yang diimpornya kepada para penjual grosir di seluruh wilayah Norwegia dan Nordik, serta negara Eropa lainnya.

Menurut importir tersebut komoditi hasil laut Indonesia umumnya masuk dalam benchmark mereka dan tropical-fish yang masih memiliki peluang besar di pasar Eropa.

Namun demikian, eksportir diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas produknya, yang diketahui asalnya dan mempertahankannya, sehingga dapat memenuhi sertifikasi yang ditetapkan di Eropa, khususnya di Norwegia.

Selain produk ikan laut, importir asal Norwegia, Scanesia AS, juga mengimpor produk makanan/minuman kemasan dari Indonesia untuk dipasarkan di Norwegia, dan negara Nordik.

Baca Juga: Habiskan Rp 3,5 Juta Sekali Suntik , Wanita Ini Sudah Suntik ke-17 karena Ingin Punya Bibir Terbesar di Dunia: 'Aku Terlihat Lebih Cantik'

Beberapa produk makanan/minuman kemasan Indonesia yang diimpor antara lain, bumbu masak, sambal/kecap/saus, kacang KOKITA, mie instan dan sambal/kecap ABC, mie/spagheti kemasan dan sambal/kecap/bumbu sate BALI Kithcen, NU Green Tea, Exotico (minuman kemasan), Permen Jahe (Sina – Sidoarjo), Bon Cabe KOBE, jus buah (kemasan) ABC, dan sebagainya.

Indonesia adalah produsen ikan tuna terbesar di dunia, dengan hasil tangkapan bernilai hingga 5 miliar dollar AS atau hampir Rp 71 triliun setahun.

Jika dihitung-hitung, satu dari enam ekor tuna yang ditangkap di dunia selama tiga tahun terakhir ini berasal dari Indonesia.

Baca Juga: Tak Salah Apa-apa, Seorang Pria Digantung Kakinya dan Dicambuki Sekelompok Orang, Ini Kenyataan di Baliknya

Data resmi Food and Agriculture Organization (FAO) melalui SOFIA pada 2016 menunjukkan bahwa terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna ditangkap di seluruh dunia.

Di tahun yang sama, Indonesia memasok lebih dari 16 persen total produksi dunia dengan rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol Indonesia mencapai lebih dari 1,2 juta ton pertahun. Sedangkan pada 2017, volume ekspor tuna Indonesia mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS.

Baca Juga : Unik, di Kampung Ini, 'Buaya dan Manusia' Hidup Rukun, Konon karena Sebuah Perjanjian di Masa Lalu

 

Berhasilnya Indonesia menjadi negara sebagai pemasok tuna terbesar di dunia menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, tak lain karena buah manis dari upaya pemberantasan illegal fishing.

Dalam kurun waktu 4,5 tahun sudah ada 488 kapal pencuri ikan ditenggelamkan sehingga memberi kesempatan bagi nelayan Indonesia untuk mempertahankan mata pencahariannya dan juga Indonesia memiliki stok ikan yang cukup untuk diekspor. (Akhdi Martin Pratama)

 

Artikel ini telah tayang di Kompa.com dengan judul Tuna hingga Lobster Indonesia Mulai Kuasai Pasar Dunia