Penulis
Intisari-online.com - Beberapa tahun lalu sempat terjadi gesekan antara sosiasi perlindungan hewan dunia dengan sebuah ritus keagamaan di Nepal.
Mereka menentang ritus Gadhimai yang disebut sebagai pembantaian hewan terbesar di dunia.
Beberapa tahun nyaris tak terdengar kabarnya, tahun ini konon kabarnya tahun 2019 ritual yang seharusnya dilaksanakan tersebut diusahakan untuk dibatalkan.
Hal itu lantaran ritual ini sangat mengerikan dan dianggap memperlakukan hewan dengan tidak beradab.
Terakhir ritual ini dilaksanakan pada 2014 silam, dan untuk itulah mari kita lihat betapa mengerikannya ritual itu.
Melansir Daily Mirror pada Jumat (7/12/19), setengah juta hewan konon dikorbankan dalam ritual keagamaan ini.
Sayangnya usai ritual berlangsung, sisa-sisa hewan itu tidak terurus.
Kepala kerbau terbaring membusuk di tanah setelah penyembelihan itu.
Pertumpahan darah yang digelar setiap lima tahun sekali ini dianggap menenangkan seorangDewi Hindu di kuil Gadhimai, Nepal.
Foto-foto yang diambil oleh badan amal kesejahteraan hewan menunjukkan sisa-sisa kerbau, kambing, dan unggas yang hancur di desa Bariyarpur, 60 mil selatan Kathmandu.
Alokparna Sengupta, dari Humane Society International, mengatakan, "Hewan demi hewan dipenggal kepalanya, tukang daging memotong leher mereka dan mayat-mayat berkedut pergi setelah itu."
"Ketika saya menyaksikan bayi kerbau yang ketakutan, dia diseret menuju kematiannya, saya dipenuhi kemarahan," katanya.
"Tim kami kembali mengunjunginya dan hasilnya mengerikan, udara yang penuh dengan bau darah, daging busuk, kotoran manusia dan hewan juga sampah," sambungnya.
Sebuah keluarga bahwa membawa anak balitanya melihat pemandangan yang mengerikan ini.
Ribuah hewan diretas kepalanya sampai mati dengan parang di depan penonton.
"Kami menyaksikan orang tua menunjukkan kepada anak-anak mereka gundukan kepala kerbau yang terputus di arena," kata Sengupta.
"Kekerasan ekstrem seperti itu bagi anak-anak sangat mengganggu," tambahnya.
"Anak-anak ini harus diajari bahwa menyalahgunakan hewan dengan cara ini adalah normal," jelasnya.
Badan amal itu ingin para pecinta hewan di seluruh dunia membantu memaksa pemerintah Nepal untuk memberlakukan larangan.
"Sangat penting bahwa skala dan kengerian dari pembantaian ini harus dilihat sehingga kita dapat memberikan tekanan untuk mengakhirinya," tambah Sengupta.
Meski demikian, penduduk Nepal percaya bahwa tradisi itu berasal dari 265 tahun lalu ketika seorang petani diberi tahu dalam mimpinya.
Ketika ada pertumpahan darah akan mendorong Gadhimai, dewi kekuasaan Hindu untuk menyelesaikan masalahnya.
Maka para penyembahnya, berduyun-duyun ke kuil dengan keyakinan itu sambil membawa keberuntungannya.
Namun dampaknya, ritus itu memicu kemarahan global, menyebabkan penurunan tajam jumlah hewan yang gagal dihentikan.
Setengan juta diperkirakan dikorbankan pada tahun 2009, dan 200.000 dikorbankan pada 2014.
Tahun ini mungkin 5.000 kerbau, kambing dan unggas akan dikorbankan namun belum pasti karena masih menjadi perdebatan.