Penundaaan ini mendorong Pyongyang memobilisasi brigade pekerja muda yang dianggap pembelot untuk melakukan kerja paksa.
Menurut catatan aktivis, itu adalah sisi kelam di balik bangunan mewah yang dibangun oleh rezim Kim Jong-Un.
Anak muda tidak mendapatkan bayaran, karena mereka miskin.
Orang-orang itu dipaksa bekerja lebih dari 12 jam sehari selama 10 tahun dengan imbalan masuk universitas dan bergabung dengan partai pekerja.
Kota bernama Samjiyon dipertimbangkan sebagai utopis sosialis atas situasi ini.
Media pemerintah juga melaporkan selama setahun terakhir tentang pabrik, keluarga dan individu yang mengirim jaket musim dingin, peralatan, sepatu, selimut, dan biskuit ke Samjiyon.
Defectors mengatakan adalah bagian dari kampanye rezim yang kekurangan uang untuk mendapatkan pasokan dari masyarakat.