Ternyata Begini Pembentukan Hujan Es, Ternyata Berbeda Dengan Salju Dan Cara Pembentukannya Yang Unik Pasti Membuatmu Terkejut

May N

Penulis

Ini dia cara pembentukan hujan es, berbeda dengan salju, cara pembentukannya pun unik, membuatmu terkejut

Intisari-online.com -Bulan November lalu terjadi fenomena hujan es di Desa Mengening, Kubu Tambahan, Buleleng, Bali pada Sabtu, (9/11/2019).

Tidak hanya Bali, kawasan Riau, Aceh, Magelang, Jakarta, Semarang, Bojonegoro, Ngawi dan Bogor juga pernah merasakan hujan es.

Lalu apa sebenarnya hujan es?

Hujan es pada dasarnya adalah fenomena alami dan dapat terjadi di dunia manapun.

Baca Juga: 'Saya Terlihat Mengerikan', Cerita Wanita yang Sempat Depresi, Hanya Makan 2 Mangkuk Takaran Bayi hingga Berat Tubuhnya Hanya 33 kg

Ini berbeda dengan salju yang hanya bisa terjadi di wilayah lintang lebih dari 23,5 derajat.

Dalam wawancara dengan Kompas.com, Kepala Bidang Manajemen Observasi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es bisa terjadi dalam dua kondisi.

Pertama pada masa pancaroba yang disertai angin kencang.

Kedua, hujan dengan perbedaan suhu yang besar dalam satu hari.

Baca Juga: Sudah Lebih Dari 70 Tahun Setelah Perang Dunia Kedua, Beredar Foto Wanita-Wanita Perancis Jatuh Ke Pelukan Tentara Nazi Seperti Tidak Peduli Dengan Perang

Lantas, bagaimana proses terbentuknya hujan es?

Ketika pada masa pancaroba, terjadi hujan dengan perbedaan suhu besar disertai angin kencang, hal ini meningkatkan potensi terbentuknya awan cumulonimbus.

Awan cumulunimbus memiliki bentuk mirip bunga kol berwarna putih. "Kalau hujan es disebabkan oleh awan cumulonimbus, salju disebabkan oleh awan nimbus stratus," ujar Hary dilansir dari Kompas.com, pada April 2019.

Hary menjelaskan, awan jenis cumulonimbus lebih banyak mengandung air dalam bentuk padat daripada cair.

Baca Juga: Pembunuhan Berantai Misterius Ini Membuat Gempar Saat Mayat-Mayatnya 'Ditinggalkan' Di Tengah Jalan Bersama Tempat Tidur Untuk Menaruhnya

Oleh karena itu, hujan yang turun bisa dalam bentuk padat.

Dilansir dari kompas.com, Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Bandara Internasional Lombok (BIL), Kadek Setiya Wati, dalam siaran persnya menambahkan, awan cumulonimbus tak hanya berpotensi menyebabkan hujan es.

Namun juga bisa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir.

Peneliti dari Monash University Dr Joshua Soderholm mengatakan, hujan es memiliki bentuk bulan dengan diameter sekitar satu sentimeter.

Baca Juga: Sempat Menggegerkan Kota, Begini Kisah Misteri Makhluk Seukuran Manusia yang Berbulu dengan Lebar Sayap 3 Meter pada Tahun 1966

"Ketika mulai membesar, Anda mulai mendapatkan es membeku di setiap arah. Itu fase pertumbuhan basah," ujar Dr Soderholm dilansir dari Kompas.com.

Ketika hujan es terbentuk selama pertumbuhan basah - saat es membeku dan membesar -, bagian es memiliki pori-pori yang kemudian diisi oleh air.

"Saat inilah, es batu bulat dengan warna putih terbentuk," ujar Dr Soderholm.

Hujan es terbentuk melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level) 0 derajat Celsius.

Baca Juga: Akibat Alami Sakit Saat Menelan Duri Ikan, Pria Ini Selamat dari Maut, Andai dia Tidak Alami Sakit Mungkin Kondisi Pria Ini Malah Sudah Kritis

Durasi hujan es

Hujan es memiliki durasi yang lebih singkat daripada salju karena hujan es dipengaruhi oleh intensitas hujan.

Hary mengungkapkan, es dari hasil hujan es paling lama bertahan selama sepuluh menit.

Tak lama setelah es jatuh dari langit, dia akan segera mencair.

Baca Juga: Bikin Takjub, Bayi Ini Lahir dengan Rambut Setebal 5 cm, Ini Makanan yang Bisa Dikonsumsi Saat Hamil Agar Bayinya Punya Rambut Tebal

Sementara salju bisa tahan lebih lama di permukaan tanah karena suhu daratan yang sangat rendah.

Gejala sebelum turun hujan es

Gejala sebelum turun hujan es antara lain, seharian terasa hawa panas dan gerah.

Udara yang panas dan bikin gerah disebabkan oleh radiasi matahari yang cukup kuat.

Baca Juga: 'Hanya Dengan Nanas, Aku Berhasil Mengalahkan Kanker!' Aku Mantan Model Cantik Ini, Menolak Kemo Dan Memilih Diet Buah Tropis Untuk Membasmi Kanker Di Tubuhnya, Namun Apakah Benar Begitu?

Hal itu ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (lebih dari 4,5 derjat Celsius), disertai kelembaban yang cukup tinggi.

Sebelum hujan es biasanya muncul awan cumulus yang berlapis-lapis.

Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang bagian tepinya berwarna abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol.

Pada tahap berikutnya, awan tersebut akan berubah warna menjadi abu-abu atau kehitaman atau dikenal sebagai awan cumulonimbus.

Baca Juga: Memakai Gigi Orang yang Telah Mati: Beginilah Praktik Kelam di Eropa untuk Atasi Masalah Gigi, Awalnya Penggunaan Gading Tidak Efisien

Hujan es di Bali

Berkaitan dengan hujan es di Bali, Kadek Setiya melihat ada empat indikator utama yang memicu terjadinya hujan es.

Antara lain pola angin, kelembapan udara, citra satelit cuaca, citra radar cuaca.

1. Pola angin

Baca Juga: Hari AIDS Sedunia: Perang Freddie Mercury Melawan HIV/AIDS dan Tekadnya untuk Terus Berkarya Hingga Akhir Hidupnya, 'Aids Mengubah Hidup Saya'

Berdasarkan analisis angin lapisan 925 mb, secara umum terjadi perlambatan kecepatan angin di atas wilayah Bali.

Sementara itu, arah angin terlihat dominan bertiup dengan variasi arah dari tenggara – selatan dan kecepatan berkisar 5– 15 knots.

2. Kelembapan udara

Berdasarkan analisis data kelembaban menunjukkan bahwa nilai kelembaban udara (RH) yaitu dengan nilai lebih dari 70 persen terjadi di lapisan permukaan hingga lapisan 925 hPa di Bali bagian utara.

Baca Juga: Makin Brutal, Geng Narkoba Meksiko Tembak Mati 4 Polisi Saat Bentrokan, Amerika Serikat Ikut Geram Mendengar Kabar Itu dan Berencana Lakukan Ini

3. Citra satelit cuaca

Interpretasi citra satelit Himawari IR (enhance) di atas wilayah Kubu Tambahan menunjukkan suhu puncak awan berkisar -56 hingga 8 derajat Celsius.

4. Citra radar cuaca

Dari citra radar cuaca produk CMAX (z) menunjukkan, di wilayah Kubu Tambahan terjadi hujan dengan intensitas lebat – sangat lebat (echo reflektivitas maksimum 63 dBz) yang terjadi pada antara pukul 15.00 – 15.10 WITA.

"Dari hasil cross section produk CMAX (z) terlihat bahwa echo maksimum terjadi pada lapisan rendah yaitu sekitar 0 – 6 km yang mendukung indikasi adanya kejadian hujan lebat yang disertai butiran es," tulisnya. (Retia Kartika Dewi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Rahasia Alam Semesta: Beda dengan Salju, Begini Hujan Es Terbentuk