Disebut Penyakit 'Seribu Wajah', Lupus Kerap Salah Diagnosis Jadi Masalah Kulit, Berikut Cara Mengenali Gejala Lupus

Mentari DP

Penulis

Penyakit autoimun ini berbahaya karena sistem autoimun dalam tubuhnya bisa menyerang berbagai bagian dan organ tubuh sendiri.

Intisari-Online.com -Lupus adalah peradangan kronis yang disebabkan oleh sistem imun yang menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri.

Penyakit autoimun ini berbahaya karena sistem autoimun dalam tubuhnya bisa menyerang berbagai bagian dan organ tubuh sendiri.

Sayangnya, penyakit lupus ini biasanya salah diagnosis awal karena gejalanua yang beragam.

Biasanya penderita mengalami keluhan pada kulitnya sehingga berobat ke dokter spesialis kulit.

Baca Juga: Nikita Mirzani Ngaku Habiskan Rp1,1 Miliar Untuk Operasi Plastik di Korea Selatan, Ini 6 Operasi Plastik yang Paling Laris

Gejala lupus adalah kulit kemerahan di sekitar hidung dan pipi bercak–bercak merah di bagian wajah atau lengan.

Selain pada kulit, penderita juga merasakan lelah, demam berkepanjangan, rambut rontok, persendian bengkak, dan sariawan.

World Health Organization mencatat jumlah penderita lupus di dunia hingga saat ini mencapai lima juta orang, dan setiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru.

Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Indonesia Online 2016, terdapat 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis penyakit lupus.

Tren ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan 2014, dengan ditemukannya 1.169 kasus baru.

Tingginya angka kematian akibat lupus perlu mendapat perhatian khusus karena 25% atau sekitar 550 jiwa meninggal akibat lupus pada 2016.

Baca Juga: Kisah Cinta Susi Pudjiastuti, Ada Panggilan Mesra yang Unik dari Pria Swiss Ini untuk Sang Mantan Menteri Kelautan

Sebagian besar penderita lupus adalah perempuan dari kelompok usia produktif (15-50 tahun), meski begitu lupus juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak, dan remaja.

Data SIRS Online 2016 menunjukkan proporsi pasien rawat inap lupus berjenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan dari 48,2% pada 2014 menjadi 54,3% pada 2016. Sementara pasien lupus berjenis kelamin perempuan mengalami penurunan dari 51,8% menjadi 45,7%.

Jenis yang paling sering dirujuk masyarakat umum adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES).

LES dikenal sebagai penyakit ‘Seribu Wajah’ merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang hingga kini belum jelas penyebabnya.

LES juga memiliki sebaran gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam, sehingga seringkali menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya.

LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah.

Sebuah situs kesehatan, www.careforlupussd.org, menyatakan bahwa ada keserupaan gejala penyakit lupus jenis LES dengan penyakit biasa, sehingga sering ditemukan terjadinya kesalahan diagnosis.

LES merupakan beban sosio-ekonomi bagi masyarakat dan negara karena memerlukan penanganan yang tidak sederhana dan melibatkan banyak bidang keahlian.

Selain itu biaya perawatannya pun mahal dan perlu dilakukan seumur hidup.

Guna menekan tingginya prevalensi LES, Kementerian Kesehatan RI mencanangkan program deteksi dini LES yang disebut dengan Periksa Lupus Sendiri (SALURI).

Baca Juga: Polisi Temukan 40 Tengkorak, Janin dalam Toples hingga Tulang Belulang di Markas Geng Narkoba, Ternyata Digunakan untuk Hal Tak Terduga Ini

SALURI dapat dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya dengan cara mengenali gejala-gejala sebagai berikut:

- Demam lebih dari 380C dengan sebab yang tidak jelas

- Rasa lelah dan lemah berlebihan

- Sensitif terhadap sinar matahari

- Rambut rontok

- Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang melintang dari hidung ke pipi

- Ruam kemerahan di kulit

- Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut

- Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama

- Ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin

- Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas panjang

- Kejang atau kelainan saraf lainnya

- Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter) yang menunjukkan anemia (penurunan kadar sel darah merah), leukositopenia (penurunan sel darah putih), trombositopenia (penurunan kadar pembeku darah), hematuria dan proteinuria (darah dan protein pada pemeriksaan urine), dan positif ANA dan atau Anti ds-DNA.

Jika pasien mengalami minimal 4 gejala dari seluruh gejala yang disebutkan di atas, maka dianjurkan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter di Puskesmas atau rumah sakit agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.(Soesanti Harini)

Artikel ini telah tayang di gridhealth.id dengan judulPenyakit Autoimun Lupus Punya 'Seribu Wajah', Ini Deteksi Dini SALURI yang Bisa Dilakukan di Puskesmas

Baca Juga: Gadaikan Dua Bidang Tanah untuk Modal Kerja di Luar Negeri, Keluarga Harus Terima Kenyataan Pria Ini Jadi Salah Satu Jenazah yang Ditemukan di Kontainer

Artikel Terkait