Intisari-Online.com - Belum berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengobatan dengan baik, membuat orang-orang yang menderita gangguan jiwa 'semakin menderita'.
Selama berabad-abad, beberapa tempat suaka mental mengungkapkan tingkat peradaban yang rendah.
Baru pada akhir abad ke-18, beberapa dokter di Inggris dan Prancis, termasuk Philippe Pinel dan William Tuke, mengemukakan gagasan revolusioner untuk 'penghapusan rantai dan kekerasan fisik.
Di Inggris, dengan Lunacy Acts tahun 1845 pemerintah secara resmi menetapkan bahwa orang sakit jiwa sebenarnya adalah pasien yang membutuhkan perawatan.
Tidak sampai pertengahan abad ke-19, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat pertama kali mendirikan rumah sakit jiwa publik dengan pengawasan pemerintah dan komite untuk menyelidiki pelanggaran.
Tapi, bukan berarti pelecehan, penelantaran, dan penganiayaan di rumah sakit jiwa belum berakhir.
Meski fasilitas untuk orang dengan sakit mental telah dilembagakan, sampai akhir abad ke-19 dan 20, banyak masalah baru.
Pertama, pertumbuhan psikiatri sebagai disiplin akan mengembangkan lebih banyak diagnosa, pasien yang masuk ke fasilitas mental menjadi semakin penuh sesak.
Baca Juga: Dipertahankan Jokowi Jadi Menteri PUPR, Ini 8 Potret Nyentrik Basuki Hadimuljono
Juga, lebih banyak dokter mengembangkan prosedur yang terlihat semakin radikal sepanjang awal dan pertengahan abad ke-20, sebut saja salah satu prosedurnya adalah terapi kejut listrik dan lobotomi.
Dalam rumah sakit jiwa, mereka yang sakit mental justru mendapat siksaan atas nama perawatan.
Lobotomi dilakukan dengan pemecah es, pasien dirantai ke lempeng beton, dan anak-anak diikat pada radiator.
Berikut foto-foto menghantui dari rumah sakit jiwa dari beberapa abad silam.
Baca Juga: Mau Ikut Adu Nasib Sebagai ASN? Ini Trik Hadapi Beragam Tes CPNS yang Bisa Bikin Anda Lolos