Kabinet 100 Menteri, Susunan Menteri Bentukan Presiden Soekarno yang Hanya Bertahan Seumur Jagung

Tatik Ariyani

Penulis

Kabinet 100 Menteri dibentuk oleh Presiden Soekarno pada 1960-an untuk mengatasi krisis sosial, ekonomi, dan keamanan serta mempertahankan jabatannya

Intisari-Online.com -Pascapelantikan sebagai presiden Indonesia untuk periode keduanya, Joko Widodo akan mempekerkenalkan susunan kabinet baru bersama Ma'ruf Amin ke masyarakat.

Melansir Kompas.com (21/10/2019), mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan Presiden Jokowi akan mengumumkan seluruh nama menteri Kabinet Kerja Jilid 2 pada Rabu (23/10/2019).

"Hari Rabu pukul 07.00 WIB diundang di sini untuk diperkenalkan semua kepada Anda," kata Mahfud MD di Istana Kepresidenan, Senin (21/10/2019).

Sementara itu, prediksi mengenai komposisi kabinet Jokowi yang baru terus disorot, yakni mengenai 'besarnya' Kabinet Kerja Jilid 2.

Baca Juga: Nadiem Makarim Jadi Menteri: Sosok Pria Lulusan Harvard yang Dekati Tukang Ojek Pangkalan dengan Ngobrol dan Belikan Kopi Saat Rintis Gojek

Melansir Kompas.com (20/10/2019), peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan dukungan dari partai politik menuntut Presiden memberikan konsesi posisi menteri ke partai-partai politik.

"Jadi memang politik akomodatif yang terlihat berlebihan itu memang memengaruhi postur kabinet," ujar Arya pada Kompas.com.

Dengan kata lain, bertambahnya anggota koalisi akan memperbesar kemungkinan calon-calon menteri dari partai politik.

Jika kembali pada penghujung masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia juga pernah memiliki menteri dalam jumlah besar, Kabinet Dwikora II alias Kabinet 100 Menteri.

Baca Juga: Tolak Jabatan Menteri Demi Selesaikan Pendidikan: SK Trimurti Ingin Konsentrasi Kuliah dan Tolak Tawaran Bung Karno Jadi Menteri Sosial

Kabinet 100 Menteri dibentuk oleh Presiden Soekarno pada 1960-an untuk mengatasi krisis sosial, ekonomi, dan keamanan serta mempertahankan jabatannya.

Kabinet ini dibentuk Soekarno di tengah suasana kacau pasca Gerakan 30 September 1965.

Berasal dari kalangan pendukung Soekarno dan juga anti-komunis, sebanyak 132 orang menjadi pejabat menteri dan pembantu presiden setingkat menteri.

Pada 12 Februari 1966, Presiden Soekarno secara resmi mengumumkan susunan Kabinet Dwikora I yang didemo mahasiswa.

Baca Juga: Mengenal Baju Kurung, Busana Melayu yang Dipilih Iriana pada Pelantikan Presiden

Namun dalam pidatonya, Soekarno enggan menyebut jika perombakan (reshuffle)atas dasar memenuhi tuntutan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dalam Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Dalam Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965, Soekarno lebih memilih perombakan itu karena penyesuaian revolusi.

"Disesuaikan dengan tingkatan revolusi pada waktu ini. Itulah yang menjadi sebab saya mengadakan reshuffle daripada Kabinet Dwikora ini. Bukan oleh karena tuntutan, bukan oleh karena demonstrasi-demonstrasi yang gila-gilaan!"

Meski begitu, usia Kabinet 100 Menteri ini hanya seumur jagung.

Baca Juga: Jokowi Pakai HP Lawas Hingga Bawa Catatan Nomor Kontak Kemana-mana, Kaesang Pangarep Rela Sisihkan Uang Jajan Demi Belikan HP Baru sang Ayah

KAMI mengepung Istana Negara lantaran Soekarno masih mempertahankan sejumlah orang yang dianggap 'sayap kiri' dalam kabinet.

Ketika suasana mendesak, keluarlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang dikantongi Letjen Soeharto.

Kabinet Dwikora II pun ambruk dan digantikan Kabinet Dwikora III pada 30 Maret 1966.

Melansir Kompas.com,pengumuman Supersemar itu tidak berarti penyerahan kekuasaan dari Presiden ke Men/Pangad Letjen Soeharto.

Namun akhirnya bersama Supersemar itu pula Soekarno lengser dan dijadikan tahanan politik, digantikan oleh Soeharto yang naik sebagai presiden.

Artikel Terkait