Hal senada diceritakan Rika (23). Tetangga dua nenek tersebut mengatakan warga sekitar sering mengirimi makanan untuk mereka.
"Memang yang sering sakit-sakitan itu Mbah Siti. Kalau Mbah Simah yang sakit ya susah enggak ada yang masak.
Maka, kami kebanyakan kirimi makanan saat Mbah Simah sakit," kata Rika.
3. Jual tanah di sebelah rumah
Simah dan Siti tinggal di rumah warisan orangtua berukuran 10 x 12 meter. Sekitar 1990-an, mereka menjual sebidang tanah warisan yang ada di sebelah rumah mereka.
"Tapi sudah lama kami jual. Dulu saat dibeli katanya mau dibuat mushala.
Maka, saya mau jual, tapi sampai sekarang kok tidak dibangun-bangun mushalanya," ucap Simah.
Simah mengaku lupa berapa uang yang ia terima saat itu. Namun, ia bercerita uang penjualan tanah tersebut digunakan untuk membangun kamar mandi dan toilet.
Sisanya sebesar Rp 250.000 ia simpan. "Ya itu nak, ngomongnya kan mau dibuat mushalla jadi ya saya setuju saja menjualnya, tapi kok belum dibangun-bangun sampai sekarang," kata Simah.
4. Rumah tidak layak huni
Rumah Siti dan Simah yang ditempati saat ini merupakan peninggalan orangtua.
Rumah berdinding papan dengan tatanan kuno itu sebenarnya terlihat tidak layak untuk ditempati.
"Kadang kalau hujan juga masih kebanjiran. Meski sekarang lantai sudah diplester (dicor), kalau hujan deras ya tetap ngembes (kebanjiran tapi enggak parah seperti sebelumnya)," ujar Rika.
Siti dan Simah hidup berdua tanpa ditemani oleh anggota keluarga yang lain. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka mengandalkan bantuan dari warga sekitar.
Terkadang, Simah juga memasak untuk dirinya dan Siti.
"Kalau yang masih hidup ya tinggal saya dan Siti ini, sama-sama sudah tidak dapat melihat lagi. Ini juga rumah tinggalan orangtua," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta Dua Nenek Kakak-Beradik yang Setia Tingal Bersama, Buta dan Jual Barang untuk Makan"