Find Us On Social Media :

Tumbuh di Bawah Kediktatoran Keluarga Kim Jong-Un, Pria Ini Saksikan Eksekusi Harian, Tumpukan Mayat Bahkan Ibu Makan Anaknya Saat Kelaparan Melanda

By Nieko Octavi Septiana, Senin, 7 Oktober 2019 | 15:00 WIB

Ilustrasi kelaparan di Korea Utara

Dia menjadi semakin membenci rezim dan menghancurkan potret di tempat pemungutan suara selama pemilihan provinsi adalah tindakan perlawanan yang dilakukannya.

Dia ditangkap dan dikirim ke penjara di mana dia diberitahu bahwa dia akan dieksekusi.

Dia segera memutuskan untuk menelan paku logam dari lantai sehingga dia akan dibawa ke rumah sakit, kemudian bisa mencoba melarikan diri.

Selama operasi untuk mengangkat paku, dia berhasil melarikan diri dan berjalan selama 40 hari untuk mencapai perbatasan China dalam upaya putus asa untuk menyelamatkan hidupnya.

Baca Juga: #HUT263Jogja: Ketika Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta Kocar-kacir Akibat Serbuan Pasukan Siluman di Siang Bolong

Di sini, dia jatuh cinta dengan seorang gadis Tionghoa tetapi ditangkap lagi oleh otoritas Tiongkok karena menjadi seorang imigran ilegal.

Dia kemudian dikirim ke kamp penampungan dengan pembelot Korea Utara lainnya sebelum dideportasi dan dipenjara di kamp penjara.

Gyu Min mengatakan dia menyaksikan pelanggaran tak terbayangkan terhadap hak asasi manusia di kamp, ​​termasuk aborsi paksa dan pemukulan.

Dia akhirnya berhasil melarikan diri lagi tapi kali ini dia tahu dia tidak bisa mencari keluarganya, dia harus menghilang.

Baca Juga: Fakta Moranbong, Girl Band Paling Terkenal di Korea Utara Bentukan Kim Jong Un, Anggotanya Punya Posisi Tinggi di Militer Korut

Bertahun-tahun kemudian, dia mengetahui orang tuanya telah meninggal setelah dihukum karena pembelotannya dan saudaranya ditembak dan dibunuh.

Sekarang, Gim Gyu Min adalah pembuat film dan telah mengabdikan hidupnya untuk menyoroti pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan yang dia saksikan di bawah rezim komunis.