Find Us On Social Media :

Kenapa Ratusan Pendaki Tewas di Zona Kematian Menuju Puncak Everest yang Tingginya Capai 8.000 Meter Itu?

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 6 Oktober 2019 | 21:30 WIB

Kenapa Ratusan Pendaki Tewas di Zona Kematian Menuju Puncak Everest?

Intisari-Online.com - Gunung Everest yang berada di Himalaya, Nepal, diklaim sebagai gunung tertinggi di dunia.

Untuk mencapai puncaknya, Anda harus mendaki hingga ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Meski diselimuti salju dan dingin, tak sedikit orang bermimpi untuk menggapai puncak Everest.

Namun sebelum sampai ke puncak tertinggi dunia, para pendaki harus menaiki tanjakan terakhir yang berada di ketinggian lebih dari 8.000 mdpl.

Baca Juga: (Video) Sungai Ini Sangat Jernih, Namun Makhluk Pemakan Manusia Ini Bersembunyi Nyaris Tanpa Terlihat, Keahlian Pria Ini yang Mampu 'Menemukannya'

Area terakhir ini dikenal dengan sebutan the death zone atau zona kematian.

"Zona kematian" bukan sembarang nama. Pasalnya, di ketinggian itu, kadar oksigen sangat tipis.

Orang berisiko tinggi kehabisan napas dan meninggal jika terlalu lama di sana.

Antusiasme pendaki selama Mei 2019 membuat risiko itu bertambah buruk. Antrean pendaki mengular di dead zone.

Tercatat, sebanyak 11 pendaki Everest meninggal kehabisan napas di sana.

Laporan BBC pada Oktober 2015 menyebutkan, setidaknya lebih dari 200 jenazah manusia telah ditemukan di dekat puncak Everest.

Namun, kenapa terjebak antrean di Everest bisa menyebabkan kematian?

Dilansir Science Alert (29/5/2019), tubuh manusia tidak bisa "berfungsi" dengan baik jika berada di ketinggian tertentu.

Tempat paling ideal bagi manusia adalah di atas permukaan laut karena otak dan paru-paru kita cukup mendapat oksigen.

Sebaliknya, ketika pendaki terjebak di jalur zona kematian yang ada ribuan meter di atas permukaan air laut, otak dan paru-paru tidak mendapatkan cukup asupan oksigen.

Situasi seperti ini dapat mengakibatkan risiko serangan jantung dan stroke, serta menurunkan konsentrasi.

Seorang pendaki bernama David Breashers membenarkan hal ini.

Menurut dia, pendaki Everest akan mengalami kesulitan bernapas begitu sampai di zona kematian.

Baca Juga: Pengakuan Pembelot Korea Utara Tentang 'Pelenyapan' Warga Disabilitas, Didepak ke Daerah Terpencil hingga Dijadikan Eksperimen Senjata Kimia