Penulis
Intisari-Online.com - Katarak merupakan kondisi yang membuat lensa mata terlihat keruh atau berkabut.
Sementara itu, orang dengan penglihatan normal memiliki lensa mata terlihat jernih dan tembus pandang atau transparan.
Mata orang dengan katarak juga sensitif pada cahaya.
Ketika melihat dengan satu mata, benda dapat terlihat ganda.
Baca Juga: 7 Tanda Katarak Mulai Menyerang Mata Serta Cara Terbaik untuk Menanganinya
Warna-warna terlihat pudar atau terlihat seperti kekuningan atau kecokelatan.
Lama-kelamaan, penderita katarak akan sulit membedakan warna biru dan ungu.
Gangguan penglihatan ini bisa berangsur-angsur memburuk, sehingga harus sering bergonta-ganti kacamata.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti mengapa katarak bisa terbentuk.
Meski demikian, beberapa faktor bisa meningkatkan risiko terjadinya katarak.
Beberapa di antaranya yakni faktor usia, cedera mata,paparan sinar matahari dalam waktu lama, riwayat katarak di keluarga, malnutrisi, merokok, diabetes, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Katarak dapat disembuhkan dengan operasi.
Rupanya, penelitian menemukan operasi katarak rupanya telah bermula 600 tahun sebelum masehi.
Baca Juga: Bukan Cuma Makin Stylish, Sering Pakai Kacamata Hitam Juga Bisa Cegah Katarak
Dalam jurnal Ancient Science of Life dituturkan, sejarah operasi katarak tercatat dalam Sushruta Samhita, salah satu buku teks medis tertua di dunia dari India.
Sushruta Samhita tertulis dalam bahasa Sanskerta sekitar 5-6 abad sebelum masehi.
Sushruta sendiri merupakan nama seseorang yang diperkirakan seorang dokter dan guru yang mengabdi di Kota Benares (kini Varanasi), India Utara.
Samhita, yang bermakna kompilasi pengetahuan, berisi informasi mendetail tentang pengobatan, operasi, farmakologi, dan manajemen pasien.
Dikutip dari BBC History Extra, Sushruta menasihati murid-muridnya, sebaik apapun teori yang mereka ketahui, mereka tidak cukup kompeten jika belum berpengalaman praktik.
Muridnya menggunakan buah, hewan mati, dan tas kulit berisi air untuk belajar bedah dan mengeluarkan organ penting dengan hati-hati, sebelum siap menangani pasien sesungguhnya.
Dari sekian banyak deskripsi tentang beda, Sushruta Samhita juga mendokumentasikan operasi katarak.
Dokter spesialis mata Thomas S Harbin dalam artikel Sushruta di situs web American Academy of Opthalmology menulis, Sushruta didaulat sejarawan sebagai orang pertama yang membantu pasien katarak lewat operasi.
Satu metode Sushruta saat melakukan operasi katarak yakni mendorong katarak ke dalam ruang bola mata yang seperti kaca.
Untuk melakukan tindakan ini, operasi diupayakan Sushruta berlangsung steril.
Baca Juga: Ini Dia, Enam Makanan yang Bisa Mengurangi Risiko Katarak dan Degenerasi Makula
Namun, tantangan yang lebih besar di masa itu yakni ketiadaan anastesi, sehingga pasien dioperasi dalam keadaan sadar.
Pasien harus melihat ujung hidungnya sendiri ketika dokter menahan kelopak mata dengan jempol dan jari kelingking.
Bola mata pasien kemudian dipercikkan air susu ibu, sementara bagian luar mata dibasahi dengan ramuan herbal.
Sang dokter kemudian menggunakan alat untuk mengikis lensa mata yang buram sampai bola mata pasien dianggap cukup mengkilap lagi.
Selama operasi, pasien harus menahan bersin, batuk, sendawa, atau respons lain yang bisa menyebabkan tekanan pada mata.
Jika operasi berlangsung sukses, penglihatan pasien akan membaik, meskipun tidak fokus.
Di masa itu, pasien dengan operasi yang sukses bisa memiliki jarak pandang 2-3 meter.
Pasien bisa melihat lagi makanan yang ia makan, dan lolos tes menghitung jumlah jari dengan benar.
Sayangnya, karena kacamata saat itu belum ada, fungsi penglihatan pasca operasi tidak bisa dibantu lebih baik lagi.
Sushruta juga menetapkan kode etik bahwa operasi yang dilakukan hanya demi uang, dengan mengabaikan proses perkembangan penyakit, atau dengan ketidakcakapan penilaian sang dokter hanya akan berujung pada komplikasi pada pasien.
Ia menekankan, dokter bedah yang teliti akan menghargai pasien seutuhnya.
Kini, dokter tak lagi melakukan operasi seperti yang dilaksanakan Sushruta.
Kendati demikian, pemikiran dan etika Sushruta kini dikenang sebagai keberanian dan inisiatif merintis.