Penulis
Intisari-Online.com - Dagu adalah sesuatu yang unik manusia.
Namun, kunjungan ke rumah monyet mana pun di kebun binatang mana pun di dunia juga akan mengkonfirmasi satu hal: kita sangat mirip leluhur kera kita dalam banyak hal.
Mereka memiliki ibu jari yang berlawanan, seperti kita.
Mereka berlari dan berjalan dengan dua kaki, sama seperti yang kita lakukan.
Mereka merawat anak-anak mereka dengan cara yang sama, dan komunitas mereka dibangun dari keluarga, seperti cara kita manusia membangun kota-kota kita.
Tetapi ada satu sifat fisik yang ternyata hanya dimiliki oleh manusia dan hal ini membuat heran para ilmuwan, sejarawan, peneliti dan ahli biologi.
Bagian itu tak lain adalah: dagu.
Dagu manusia sendiri ada yang runcung dan ada yang memiliki belahan.
Tetapi tidak peduli jenis dagu apa yang manusia punya, semua manusia memilikinya.
Para ilmuwan mengatakan bahwa ciri tubuh ini membuat manusia unik di kingdom animalia.
Dagu kita terbuat dari tulang yang menonjol dari rahang.
Struktur kecil ini telah memesona dan membingungkan para ilmuwan dan ahli biologi selama berabad-abad.
Yakni sejak Charles Darwin menemukan bahwa kita sebenarnya telah berevolusi dari nenek moyang mirip kera.
Simpanse adalah keluarga "kerabat" terdekat kita di dunia hewan, tetapi bahkan mereka tidak memiliki dagu seperti manusia.
Ini adalah karakteristik yang dikembangkan oleh evolusi selama berabad-abad, tetapi tidak peduli seberapa keras dan seberapa sering mereka mempelajarinya, para ilmuwan tetap terbagi-bagi dalam beberapa kubu untuk membahas dagu manusia.
Baca Juga: Makanlah Ini di Malam Hari, Maka Lemak akan Terbakar Sendiri saat Tidur, Ini Caranya!
"Dagu adalah salah satu fenomena langka dalam biologi evolusi yang benar-benar mengungkap perbedaan filosofis yang mendalam antara peneliti di lapangan," kata James Pampush dari Duke University pada 2016, kepada National Public Radio (NPR) di Amerika.
Salah satu anggapan umum adalah bahwa manusia mengembangkan dagu untuk membantu mendukung kita ketika kita mengunyah makanan.
Namun, Pampush membantah gagasan itu; dia percaya dagu berada di tempat yang salah untuk fungsinya sebagai mekanisme "penopang" rahang.
Namun, Pampush membantah gagasan itu; dia percaya dagu berada di tempat yang salah untuk berfungsi sebagai mekanisme "menopang" rahang.
Lebih jauh, dia percaya bahwa, pada suatu waktu, rahang manusia akan lebih panjang lagi.
Nathan Holton, seorang akademisi di University of Iowa yang meneliti evolusi wajah, setuju dengan Pampush dan mengatakan bahwa pengurangan ukuran wajah manusia dapat menimbulkan adanya dagu.
"Dalam pengertian ini, memahami mengapa wajah menjadi lebih kecil adalah penting untuk menjelaskan mengapa kita memiliki dagu."
Namun bagi awam, dagu anya memiliki sedikit tujuan selain yang estetika, kita bebas untuk mengukurnya semata-mata untuk kecantikannya sementara para iluwan terus mempelajarinya.
Baca Juga: Kejutkan Petani, Sapi Ini Terlahir 'Berwajah Manusia' dengan Hidung dan Mulut yang Kecil, Kok Bisa?