Find Us On Social Media :

Dari Kak Seto Untuk Para Orangtua: Kalau Tidak Punya Waktu untuk Anak, Buat Apa Punya Anak?

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 25 September 2019 | 16:00 WIB

Kak Seto, 'Semua anak hebat.'

Intisari-Online.com – Setiap anak mempunyai kecerdasan masing-masing yang tidak bisa dipaksakan.

Mungkin Anda pernah membaca kisah bagaimana seorang anak dipaksa oleh orangtuanya untuk menjadi Arsitek, misalnya, sementara anak itu sendiri tidak memiliki bakat menggambar.

Ia justru menginginkan menjadi seorang pemusik. Apa yang terjadi pada anak tersebut? Pasti dia merasa tertekan karena dipaksa.

Seperti halnya kisah Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, yang menceritakan masa lalunya saat dipaksa harus menjadi dokter.

Baca Juga: Inilah 10 Tanda Orangtua Narsis yang Sering Bikin Anak-Anak Tertekan (2)

“Saya ini korban harus jadi dokter.":

"Saya kembar, saudara saya lebih pintar,” ujar Seto kepada Kompas.com seusai Gerakan Sosial #JamMainKita di Bandung, Selasa (24/9/2019) kemarin.

Saat mendaftar masuk Fakultas Kedokteran, saudara kembarnya lulus. Sedangkan ia gagal.

“Gara-gara itu, ada tali rapia. Hampir aja (bunuh diri). Terus saya kabur ke Jakarta,” ucap pria yang akrab disapa Kak Seto ini.

Di Jakarta, Kak Seto menjadi gembel selama tujuh bulan. Tidur di emperan pasar, menjadi kuli pasar hingga tukang batu.

Ia pun dikasih pisau saat tiba di Jakarta. Orang yang memberi pisau berkata, kalau mau hidup di Jakarta, pakai pisau untuk nodong.

Namun, dia tidak ingin mengambil langkah tersebut.

Setelah menggembel, Kak Seto menjadi asisten rumah tangga selama tujuh tahun.

Baca Juga: Ibu di Mata Kak Seto: Ibuku Sempat Terpukul