Ini Dia Tanggapan Dokter Soal Vape dan Kerusakan Paru-paru Seperti yang Terjadi pada Remaja di Amerika

Mentari DP

Penulis

Udara itu harus benar-benar bersih, tidak mengandung zat mengganggu seperti polutan yang memiliki berbagai macam bentuk.

Intisari-Online.com – Setiap orang perlu menghirup udarah bersih demi hidup yang lebih sehat.

Udara itu harus benar-benar bersih, tidak mengandung zat mengganggu seperti polutan—yang notabene memiliki berbagai macam bentuk, mulai dari partikel, gas, hingga kimia. Demikian menurut Dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K).

Nah, menanggapi polemik soal keamanan penggunaan vape atau rokok elektrik, Mukhtar berpendapat, kebiasaan itu membuat tubuh menghirup zat yang tidak normal.

Di dalam vape terdapat nikotin yang dilarutkan dengan zat tertentu, dan berkat bantuan panas kandungan itu pun menguap.

Baca Juga: Paru-paru Pengguna Vape Menua 4 Kali Lipat Lebih Cepat, Kandungan pada Racikan Ini Jadi 'Tersangka Utama'

Dari sana, nikotin dapat terhisap ke dalam tubuh. Tak itu saja, vape juga disebut tidak menutup kemungkinan memiliki zat tambahan lain.

“Artinya itu suatu zat tidak normal yang seharusnya tidak ada di saluran napas,” ujar Muktar saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/9/2019).

Secara teoritis, lanjut Mukhtar, nikotin berbahaya bagi sistem pernapasan, peredaran darah, dan jantung.

Ia pun tak menutup kemungkinan dapat menimbulkan kelainan pada paru-paru karena tergolong polutan.

Baca Juga: Siapa Bilang Vape Lebih Aman dari Rokok? Paru-paru Remaja Ini Menua 4 Kali Lipat dari Usia Seharusnya, Akibat 2 Tahun Tak Bisa Lepas dari Vape

Sebab, lagi-lagi, secara normal, seharusnya tidak ada zat lain di dalam saluran pernapasan.

Namun diakui, jika merujuk kepada kasus kerusakan paru-paru di Amerika Serikat yang disebut-sebut dipicu pemakaian vape, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

“Untuk mengetahui lebih detil bagaimana mekanisme vape menimbulkan kerusakan pada paru dan saluran pernapasan, memang membutuhkan penelitian lebih dalam,” kata dia.

“Seperti pada hewan, tikus misalnya, diberi vape selama berapa lama dan bagaimana hasilnya."

"Pada manusia bisa (juga), setelah meninggal (diduga) karena vape, diotopsi, lalu diteliti jaringan paru-paru.”

Tak digunakan Dalam kesempatan terpisah, Dr Erlang Samoedro, Sp.P(K) berpendapat, selama belum pasti dan jelas, maka sebaiknya vape tidak digunakan.

Baca Juga: Ketagihan Nge-Vape, Kondisi Paru-paru Remaja 18 Tahun Ini Jadi Seperti Orang Tua 70 Tahun

Hal ini merujuk pada beberapa risiko kesehatan hingga kematian.

Terlebih, diakui Samoedro, kadar nikotin dalam vape pun dianggap cukup besar.

Kondisi ini tentu membuat risiko kesehatan tersendiri.

Oleh karena itu, dokter Samoedro berpendapat untuk hidup lebih sehat dengan cara menghindari penggunaan produk yang mengandung nikotin, entah itu vape atau rokok.

Hal senada juga diunggapkan Mukhtar, untuk menghindari produk-produk tersebut, demi hidup yang lebih sehat.

“Jangan membuat kebiasaan perilaku tidak sehat (vape dan merokok), karena bisa mengganggu saluran pernapasan,” kata dia. (Kahfi Dirga Cahya)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Tanggapan Dokter soal Vape dan Kasus Kerusakan Paru-paru"

Baca Juga: Ngeri, Hampir 100 Kasus Penyakit Paru-paru para Remaja Berkaitan dengan Vape

Artikel Terkait