Find Us On Social Media :

Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang: Ini Jalur yang Harus Diwaspadai Saat Melintasi Tol Cipularang

By Mentari DP, Selasa, 3 September 2019 | 08:30 WIB

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang.

Intisari-Online.com – Kemarin, Senin (2/9/2019) siang pukul 12.30 WIB telah terjadi kecelakaan beruntun di Tol Cipularang arah Jakarta di Kilometer 91.400.

Menurut Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo, kecelakaan beruntun di Tol Cipularang dipicu oleh mobil drump truk yang terguling di ruas tol.

Akibatnya, kendaraan lain di belakangnya berhenti secara tiba-tiba. Tabrakan beruntun pun tidak bisa terelakan.

Insiden ini,melibatkan 21 kendaraan dan empat kendaraan di antaranya terbakar.

Baca Juga: '3 Terseret, 2 Langsung Terbakar, 1 Jatuh...' Cerita Kecelakaan Tol Cipularang, Teriakan Minta Tolong Hingga Evakuasi

Hingga Selasa (3/9/2019) pagi, sembilan orang meninggal dunia dan delapan lainnya luka berat.

Saat ini, para korban kecelakaan Tol Cipularang tersebut kini dilarikan ke sejumlah rumah sakit yang ada di Purwakarta, seperti RS Thamrin, Bayu Asih, Siloam, Bhakti Husada.

Salah satu tol terpanjang di Indonesia

Saat ini, Tol Cipularang atau Purbaleunyi menjadi salah satu tol terpanjang di Indonesia. Jika dihitung dari Cawang (Jakarta), yakni sepanjang 166 km.

Perinciannya, tol Jakarta – Cikampek 66 km, Cikampek – Padalarang 59 km, dan Padalarang - Cileunyi 36 km. 

Prestasi “ter” yang lain dari tol ini adalah jembatan tol tertinggi (Jembatan Cikubang setinggi 50 m pada Km 110+076) serta jembatan tol terpanjang (Jembatan Cipada pada Km 111, sepanjang 700 m).

Di luar kehebatan teknis tadi, Cipularang juga menyimpan misteri. Ada banyak cerita misteri di baliknya.

Ketik saja "misteri tol cipularang" di mesin pencari Google dan akan Anda temui ratusan ribu laman berkenaan soal itu.

Meski bisa saja laman itu saling terkait, namun tetap saja meninggalkan kesan bahwa tol ini angker.

Lepas dari keangkeran itu, tol Cipularang memang unik karena ia melintasi daerah yang patut diwaspadai.

Baca Juga: Inilah Kesaksian Korban Selamat Mengenai Detik-detik Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang

Waspadai jalur “S”

Masalahnya, berdasarkan pengamatan geolog kelahiran Purworejo ini, wilayah sekitar Pasir Munjul sebenarnya masih menyimpan potensi longsoran.

Bahkan sifatnya multiple succesive sliding, atau kumpulan longsoran kecil di dalam sebuah longsoran besar yang ujungnya di sistem lembah terbawah yaitu di sungai.

Nah, akankah ini berbahaya?

Yang jelas, hanya tiga bulan sejak diresmikan, prestasi Cipularang sudah tercoreng.

Ruas jalan di Km 91+400 wilayah Dusun Batu Datar didapati amblas sedalam 50 cm.

Akhir November 2005, terdapat tiga amblasan jilid dua, yaitu antara Km 91+600 – 91+925, yang berada di wilayah Pasir Honje. Akibatnya, jalan tol itu sempat ditutup sementara. 

Kabar ini tentu mengejutkan masyarakat pengguna jalan, karena menyangkut keselamatan mereka.

Untungnya, pihak pengelola jalan, yaitu PT Jasa Marga, secara sigap langsung melakukan perbaikan.

Bahkan khusus di kawasan rawan amblas ini didirikan pos pengamatan untuk memantau kondisi jalan selama 24 jam. 

Menurut PT Jasa Marga, kejadian di Pasir Honje disebabkan patahnya gorong-gorong saluran air di bawah jalan.

Soal ini dibenarkan Dr. Adrin Tohari, geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang sempat mempelajari areal di sekitar lokasi amblasan.

“Patahnya kemungkinan akibat pergerakan tanah, tapi tidak terdeteksi sebelumnya."

"Jadi, ketika air menumpuk, terjadi lubang besar di dalam,” demikian analisisnya.

Baca Juga: Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang: Posisi Tepat di Belakang Sumber Kecelakaan, Bus Ini Justru Cuma Lecet Sementara yang Lain Ringsek Terbakar

 

Jika tidak tersalurkan, akumulasi air memang bisa jadi biang kerok amblasan di wilayah batuan sedimen.

Apalagi diketahui, susunan batuan di TKP (tempat kejadian perkara) terdiri atas endapan vulkanik berupa tufa, lalu di bawahnya aluvial purba (bekas aliran sungai purba), sedangkan paling dasar barulah batuan lempung.

Air dalam volume besar, seperti di musim hujan, akan mentok dan terakumulasi dalam batuan paling dasar setelah terserap oleh tufa dan aluvial.

Dari sanalah mulai timbul pergerakan tanah.

Kejadian di sekitar wilayah batuan sedimen Cipularang tentunya tidak mencerminkan kondisi di Cipularang seluruhnya.

Secara umum, jalan tol dinyatakan layak digunakan. Hanya saja, tetaplah terus berdoa dan taatilah peraturan lalu lintas.

Terlebih, dari sisi lalu lintas, wilayah ini kebetulan termasuk daerah rawan kecelakaan.

Dari arah Bandung, jalannya menurun tajam dan berkelok seperti huruf “S”.

PT Jasa Marga memasang banyak rambu agar pengguna jalan mengurangi kecepatan dan lebih berhati-hati.

Yang penting, saat melintas tol ini berhati-hati dan pastikan semua dalam kondisi fit, baik mobil maupun pengemudinya.

Jika mengantuk tidur sebentar di tempat peristirahatan.

Jaga kecepatan, syukur mau mematuhi aturan kecepatan yang sudah ditetapkan pihak pengelola jalan tol. (Agus Surono/Intisari)

Baca Juga: Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Kemenhub Sebut Aspek Geometrik Bisa Jadi Penyebabnya