Find Us On Social Media :

Mengenang Kartunis Dwi Koen ‘Panji Koming’; Sampaikan Kritik pada Penguasa Melalui Humor yang Menggugat

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 22 Agustus 2019 | 21:00 WIB

Kartunis Dwi Koendoro dan Panji Koming, kartun ciptaannya.

Jika sikap kritis terhadap negara clan bangsa itu disetujui merupakan kontribusi sosial, tentunya sumbangan seorang kartunis bukan  hanya dagelan.

Salah seorang kartunis yang karyanya dianggap penting dalam penyadaran sosial dan politik, sehingga sering menjadi bahan penelitian ilmiah dalam bidang llmu-ilmu humaniora adalah Dwi Koendoro Brotoatmodjo, yang lebih populer sebagai Dwi Koen sahaja.

Baca Juga: Hoax Kartun yang Dikaitkan Meninggalnya 700 Petugas KPPS pada Pemilu 2019 Akhirnya Terbongkar

Ini tentu berhubungan dengan dua hal: Pertama, bahwa karyanya bukan hanya dikenal sebagai  kritis, melainkan juga keras; kedua, bahwa kartun seri Panji Koming tersebut dimuat harian  Kompas yang merupakan koran dengan oplah besar, yang terutama memang beredar di kalangan kelas menengah, yang juga diandaikan sebagai kritis.

Ini membuat Panji Koming bagaikan ikan yang mendapatkan kolamnya.

Humor & kajian ilmiah

Maka, sejauh terlacak oleh Intisari akan ditemukan topik kajian ilmian semacam Setting Cerita  Zaman Majapahit dalam Kartun Editorial dan Refleksi Realitas di Baliknya (Pramana Sukmajati, 1998), Kampanye Pemilihan Umum 1999 dari Sudut Ketopraktun Kompas (Ignas Seta Dwiwardhana, 2001), Representasi Akbar Tanjung dalam Kartun Panji Koming di Harian Kompas Sepanjang Tahun 2003 (Dewi Kurniawati, 2004), maupun yang sudah terbit sebagai buku, yakni Menakar Panji Koming: Tafsiran Komik Karya Dwi Koendoro pada Masa Reformasi Tahun 1998 (Muhammad Nashir Setiawan, 2002).

Baca Juga: Seorang Pemburu Rusa Ilegal Dipenjara dan Diwajibkan Menonton Film Kartun Bambi dari Walt Disney Selama 1 Tahun

lni baru sebagian, dan supaya tidak seperti pameran judul, kita akan menengok isinya, yang tentu tidak perlu diulas, melainkan sekadar membagi kesimpulannya kepada Pembaca yang Budiman.

Pramana Sukmajati menuliskan, sebelum kartun Panji Koming lahir pada 1979, terdapat kondisi represif di berbagai bidang kehidupan, termasuk yang digeluti Dwi Koen yang aktif sebagai pembuat film.

Dicatatnya bahwa Dwi Koen melihat kondisi ini sebagai bagian usaha rejimentasi Orde Baru. Semua ini membentuk akumulasi citra pemermtah, yang di mata Dwi Koen melakukan praktik otoritarianisme.

Wah, serern ya? Maka Dwi Koen menggambarkan latar "Majapahit" yang maksudnya tentu Indonesia, lengkap dengan feodalisme Jawa yang mewarnai pemerintahan, yang menurut Dwi Koen telah mencerabut "nilai luhur" kebudayaan Jawa itu sendiri.