Find Us On Social Media :

Ilmuwan Temukan Organ Tak Dikenal di Bawah Kulit, Fungsinya Sungguh Luar Biasa: Bisa Mendeteksi Rasa Sakit

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 21 Agustus 2019 | 08:00 WIB

Ilmuan temukan organ di bawah kulit yang bisa rasakan sakit.

Intisari-Online.com – Para ilmuwan menemukan organ yang sebelumnya tidak dikenal bersembunyi di bawah kulit, dan itu mungkin membantu Anda merasakan sakitnya tusukan jarum.

Dahulu orang mengira bahwa rasa sakit tusukan melalui ujung saraf yang berada tepat di bawah lapisan luar kulit.

Sekarang, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa itu bukan hanya saraf, tetapi saraf yang tersangkut dalam sel-sel khusus yang membuat kita tersentak.

"Kami telah lama mengetahui bahwa ada berbagai jenis organ sensorik di kulit, tetapi yang kami sadari hanya terlibat dalam sensasi sentuhan," kata peneliti senior Patrik Ernfors, seorang profesor biologi jaringan. di Institut Karolinska di Swedia.

Baca Juga: Organ Intim Bayinya Diputuskan Pegawai Magang Saat Sunat, Sang Ibu Simpan Potongannya di Freezer Demi Hal Ini

Jalal sel bercabang dan saraf ini adalah "organ sensorik" yang baru ditemukan karena merespon isyarat eksternal dan menyampaikan informasi itu ke otak.

Tidak seperti organ sensorik lain yang diketahui di bawah kulit, organ ini memainkan peran dalam persepsi nyeri, kata Ernfors kepada Live Science.

Organ sensorik ini sensitif terhadap tusukan atau tusukan, dan setelah diaktifkan oleh tekanan, organ mengirimkan sinyal ke otak.

Otak kemudian mengirimkan sinyal ke lokasi tusukan yang memberitahu kita untuk merasakan sakit.

Baca Juga: Jatuh dan Merasa Sakit pada Lututnya, Begitu di Rumah Sakit Pria Ini Temukan Organ Reproduksinya Berubah Jadi 'Tulang'

Sel-sel yang membentuk organ ini, yang disebut sel Schwann, masing-masing terlihat "sedikit seperti gurita," dengan tonjolan panjang seperti tentakel yang meluas ke saraf di sekitarnya, kata Ernfors. Sel Schwann umumnya diketahui mengelilingi dan melindungi saraf.

Tetapi untuk mengetahui fungsi sel Schwann spesifik ini di kulit, para peneliti menguji apa yang terjadi ketika mereka dimatikan pada tikus; untuk melakukannya, para ilmuwan menggunakan metode yang disebut "optogenetika."