Penulis
Intisari-Online.com - Siapa sangka 400 tahun telah berlalu sejak perbudakan orang Afrika oleh Amerika Serikat, dan sekarang perbudakan masih hidup?
Dilansir dari Daily Mail, Rabu (7/8/2019), anak-anak dijanjikan bekerja pada keluarga di Nigeria yang sekaligus akan menyekolahkan mereka.
Tak hanya anak-anak, perempuan dewasa diperdagangkan di seluruh dunia untuk dilacurkan atau dijadikan budak kontrak.
Salah satu contohnya adalah Blessing, dirinya baru berusia 6 tahun ketika ibunya merencanakan agar Blessing bekerja kepada keluarga di Nigeria, dengan janji akan disekolahkan hingga lulus sekolah.
Baca Juga: Idul Adha Berakhir Bentrokan, Ketika Kelompok Muslim Palestina dan Israel Berebut Tempat Ibadah
Namun saat Blessing tiba di Nigeria, dia tidak disekolahkan tapi dipukul dengan kabel listrik, dilempar sisa-sisa makanan busuk, dan diberi pekerjaan rumah yang tiada habisnya.
Ketika ibunya pindah ke Nigeria agar dekat dengan putrinya, rahasia itu harus ditutupinya dengan rapat.
"Jika ibu datang dan menanyakan kabar, saya tidak boleh mengatakan apa yang sebenarnya saya alami," katanya.
Baca Juga: Memilukan, Seorang Pria Tak Bersalah Digantung Kakinya Kemudian Dicambuki, Ini Kenyataan di Baliknya
Ya, setelah 400 tahun, perbudakan ternyata masih menjadi masalah dunia modern.
Menurut PBB, lebih dari 40 juta orang diperkirakan terjebak dalam kerja paksa, pernikahan paksa atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya.
Blessing yang menjadi korban perbudakan itu sekarang sudah berusia 11 tahun.
Dia diselamatkan pada tahun 2016 oleh Yayasan Perdagangan Perempuan dan Pemberantasan Pekerja Anak (WOTCLEF), sebuah kelompok anti perdagangan manusia, setelah dua tahun diasingkan dan dianiaya.
Dia masih di bawah asuhan WOTCLEF, yang memberikan persetujuan baginya untuk diwawancarai terkait cerita ini.
Menurut laporan tahun 2017, Afrika memiliki prevalensi perbudakan tertinggi, dengan lebih dari tujuh korban untuk setiap 1.000 orang.
Laporan ini mendefinisikan perbudakan sebagai 'situasi eksploitasi yang tidak dapat ditolak karena ancaman, kekerasan, paksaan, penipuan, dan / atau penyalahgunaan kekuasaan.'
Perdagangan para pekerja seks juga ditipu oleh iming-iming pekerjaan lain.
Hal ini seperti yang dialami oleh Claudia Osadolor.
Setelah keluarga Osadolor di Kota Benin di Nigeria selatan mengalami masa-masa sulit, dia keluar dari universitas dan pergi ke Rusia.
Seorang sepupu memberitahunya tentang seseorang yang bisa membantunya bekerja di sana, biaya perjalanannya pun akan dibiayai.
Dia meninggalkan Nigeria bersama tiga gadis lain yang tidak dikenalnya pada Juni 2012.
Ketika dia tiba di Rusia, seorang 'nyonya' datang untuk menjemputnya.
Osadolor, kini berusia 28 tahun, dia telah dipaksa menjadi pelacur.
Dia juga menderita luka dalam setelah dipaksa tidur dengan 20 pria per harinya.
Dia terjebak selama tiga tahun, 'nyonya'nya akan datang setiap dua minggu untuk mengambil hampir semua uangnya.
Dia menangis ketika dia menceritakan trauma dan kelegaannya karena melarikan diri berkat pertemuan kebetulan dengan perwakilan dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di stasiun metro.
Tujuan akhir orang yang diselundupkan keluar Afrika seringkali berakhir di Eropa, tetapi hanya sedikit yang berhasil sejauh itu.
Osadolor kembali ke Nigeria pada bulan Juli di bawah program negara untuk membantu para pengungsi dan migran.
Program ini telah membantu lebih dari 14.000 orang Nigeria pulang ke rumah sejak 2017.