Advertorial
Intisari-Online.com - Pada Minggu (11/8/19), perayaan Idul Adha di Palestina berubah mencekam, ketika jemaah muslim bentrok dengan polisi Israel.
Hal itu terjadi setelah hari suci dalam kalender baik Yahudi maupun Islam jatuh pada waktu bersamaan.
Alhasil, puluhan ribu umat Yahudi dan Muslim memadati kota Tua Yerssalem untuk melaksanakan perayaan masing-masing.
Bentrokan pun tak bisa dihindarkan, ketika kelompok non-Muslim mulai memadati kompleks tersebut.
Baca Juga: Berukuran 40 Miliar Kali Matahari, Lubang Hitam Supermasif Ditemukan
Menurut Reurters (11/8/2019), para jemaah Muslim mulai melemparkan batu dan kursi ke petugas, sebagai balasan polisi menembakan gas air mata, granat setrum, dan peluru karet.
Dalam insiden tersebut, sekitar 37 umat Muslim terluka dalam bentrokan itu, sedangkan otoritas Israel mengatakan empat perwira polisi terluka ringan.
Menurut cerita yang beredar, mengutip NBC News, beberapa pengunjung Yahudi diizinkan masuk ketika hari berkabung yang menandakan penghancuran dua kuil Yahudi yang berdiri di sana pada zaman dahulu.
Oleh sebab itu, Israel memutuskan untuk melarang pengunjung Yahudi memasuki situs itu pada perayaan Idul Adha karena merasa akan memicu ketegangan.
Polisi pada awalnya melarang mereka memasuki kompleks itu, namun membatalkan keputusan itu, sehingga bentrokan terjadi.
Pengunjung Yahudi mengalir masuk melalui gerbang bawah pengawalan polisi yang dekat, dan memicu pertempuran lebih lanjut.
Menurut Hanan Ashrawi, politisi veteran Palestina, dia menyebut Israel melakukan tindakan itu, untuk memprovokasi ketegangan agama dan politik.
Menghadapi polisi di situs suci ketiga Islam tersebut, orang Palestina meneriakkan "Dengan jiwa dan darah kami, kami akan menebusmu Al Aqsa."
Konflik di kawasan itu telah memicu konfrontasi selama berabad-abad.
Sedangkan, Israel menyediakan keamanan untuk kompleks itu, sementara Yordania yang berdekatan mengelola aspek seremonial dan religius dari kompleks tersebut.
Namun, Yordania mengeluarkan pernyataan yang mengutuk apa yang digambarkannya sebagai bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Israel.
Menurut aturan, pengunjung Yahudi tidak diizinkan berdoa di situs tersebut, berlaku sudah lama antara Israel dan otoritas Muslim.
Baca Juga: Para Peneliti Ungkap 4 Alasan Populer Pasangan Bercerai, Salah Satunya Tinggal Berjauhan
Tradisi Yahudi juga mengatakan, bahwa mereka tidak diperbolehkan memasuki situs tersebut, dan sebaliknya hanya diizinkan berdoa di luar Tembok Ratapan atau Barat.
Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, kaum nasionalis religius Israel telah mendorong orang-orang Yahudi berdoa di dalam situs.
Ini digambarkan sebagai bentuk provokasi yang mengarah pada konfrontasi agama dan politik.
Orang-orang Palestina memadangnya sebagai bentuk provokasi untuk mengambil alih kompleks tersebut.
Sejauh ini situs tersebut memang disebut sebagai kawasan 'sakral' oleh Yahudi dan Muslim.
Bagi umat Islam, esplanade seluas 37 acre adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa dan Islamic Dome of the Rock shrine.
Bagi orang Yahudi, statusnya sebagai situs suci agama mereka terikat dengan sejarahnya sebagai situs Kuil Pertama dan Kedua.