Find Us On Social Media :

Jadi Penyebab Penembakan Massal, Apakah Kita Harus Menyalahkan Penyakit Mental dan Video Game Karenanya?

By Nieko Octavi Septiana, Selasa, 6 Agustus 2019 | 12:30 WIB

 

Intisari-Online.Com - Penembakan massal belakangan ini menjadi hal yang sangat disoroti di Amerika Serikat.

Setiap kali penembakan massal terjadi, Amerika Serikat juga berbicara tentang kesehatan mental.

Melansir Science Alert, Selasa (6/8/2019), banyak politisi dengan cepat mengatakan bahwa pikiran para penembak yang terganggu.

"Penyakit mental dan kebencian menarik pelatuknya. Bukan senjata ," kata Presiden Trump, Senin, setelah dua penembakan massal dalam waktu kurang dari 24 jam.

Baca Juga: Lagi-lagi Terjadi Penembakan Massal di AS: 'Gara-gara Politik, Banyak Orang Amerika Lebih Nyaman dengan Kekerasan'

Jadi, apakah penyakit mental yang harus disalahkan atas penembakan massal Amerika? Menurut penelitian, tidak.

Beberapa penembak massal memiliki riwayat skizofrenia atau psikosis, tetapi banyak yang tidak.

Sebagian besar penelitian tentang penembak massal telah menemukan bahwa hanya sebagian kecil yang memiliki masalah kesehatan mental.

Dan para peneliti telah mencatat sejumlah faktor lain yang merupakan prediktor kuat seseorang menjadi penembak massal: rasa dendam yang kuat, keinginan untuk melakukan fitnah, studi peniru terhadap penembak lain, kekerasan rumah tangga masa lalu, narsisme dan akses ke senjata api.

Menurut peneliti mengambinghitamkan penyakit mental atas penembakan massal dianggap sebagai solusi sederhana.

"Sangat menggoda untuk mencoba menemukan satu solusi sederhana dan mengarahkan jari pada itu," kata Jeffrey Swanson, seorang profesor di bidang psikiatri dan ilmu perilaku di Duke University School of Medicine.

"Fakta bahwa seseorang akan pergi dan membantai sekelompok orang asing, itu bukan tindakan dari pikiran yang sehat, tetapi itu tidak berarti mereka memiliki penyakit mental."

Baca Juga: Pesta Berubah Jadi Hujan Peluru, Seorang Mahasiswi Selamat dari Maut Karena Hal Tak Terduga Ini