Di Flores, Sorgum yang Bergizi Tinggi Baik untuk Pertumbuhan Anak-anak dan Lawan Gizi Buruk

Tatik Ariyani

Penulis

Serealia ini berdampak pada gizi baik untuk pertumbuhan anak-anak. Sorgum mengandung serat tak larut tinggi dan bebas gluten.

Intisari-Online.com - Hamparan tanaman sorgum siap panen terbentang luas di lahan seluas 40 ha, di Dusun Likotuden, Kawalelo, Kecamatan Demon Pagong, Flores Timur.

Siapa sangka, di lahan kering yang kerap dijuluki batu bertanah ini, sorgum dapat tumbuh subur.

Di samping menghalau risiko kekurangan pangan, suburnya serealia ini juga berdampak pada gizi baik untuk pertumbuhan anak-anak sekitar.

Penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali menemukan, sorgum mengandung serat tidak larut air dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%.

Kandungan protein pun seimbang dengan jagung.

Baca Juga: 6 Manfaat Kesehatan Biji Jagung, Salah Satunya Melindungi Jantung

Kandungan protein sorgum sebesar 10,11%, sedangkan jagung 11,02%.

Kandungan pati pada sorgum pun 80,42% sedangkan jagung 79,95%.

Tidak heran, warga Flores Timur kini menggeser nasi dengan sorgum sebagai bahan makanan utama mereka.

Puskesmas Demon Pagong, Flores Timur juga menjadikan sorgum sebagai makanan tambahan balita untuk mengatasi gizi kurang dan gizi buruk.

Bagi kita yang terbiasa makan nasi, mengubah kebiasaan makan nasi dengan bahan pangan lain mungkin sulit.

Kendati demikian, rasa sorgum rupanya cukup mirip dengan nasi.

Hanya saja tidak sekenyal nasi, karena bebas gluten.

Dari segi bentuk, hanya visualnya saja yang bulat, warnanya sama-sama putih keabuan seperti nasi.

Baca Juga: Diklaim Lebih Sehat, Faktanya Susu Rendah Lemak Justru 'Kehilangan' Banyak Kandungan Gizi, Tak Seperti pada Susu Murni

Mulanya karena dipaksa lahan

Di Likotuden, Flores Timur pun, semula susah untuk mengajak orang makan sorgum.

Petani setempat pun tidak yakin dengan lahan kering berbatunya untuk dijadikan kebun sorgum.

Namun, setelah tanaman sorgum mampu bertahan pada kondisi alam mereka yang kering dan datangnya hujan yang sulit ditebak, penanamannya pun makin giat dilaksanakan.

Berkebun sorgum dan makan sorgum sehari-hari kian marak digiatkan saat Maria Loretha, penerima Kehati Award 2012, bergabung di Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel).

Di sana, perempuan yang kerap dipanggil Mama Sorgum ini mendampingi warga untuk memanfaatkan sorgum sebagai pangan sehari-hari dan bertani untuk dijual lebih luas.

Alhasil, gerakan menanam, makan sorgum semakin meluas.

Jika sebelumnya di Lembor dan Flores Timur, kini menyebar ke Ende, Manggarai, Lembata dan Maumere.

Di Likotuden kini, berdiri PAUD sorgum, sebagai pengenalan makanan lokal yang sehat untuk anak-anak.

Baca Juga: Klaim Ilmuwan: Mars Dulunya Seperti Bumi lalu Dilanda Tsunami Hingga Seperti Sekarang, Bumi Akan Alami Nasib Serupa?

Artikel Terkait