Penulis
Intisari-Online.com - Serangan jantung biasanya terjadi pada orang tua.
Namun kini juga dapat mengancam generasi muda.
Ya, ternyata ada pergeseran dalam pola penyakit jantung koroner.
Serangan jantung pertama kini makin banyak diderita orang dengan usia 30-an.
Banyak juga penderita sakit jantung yang sehat-sehat saja dan tidak punya riwayat penyakit apapun dalam keluarganya.
"Banyak juga pasien-pasien saya usia 30 tahun, 32 tahun sudah mengalami toleransi glukosa terganggu.
Kalau normalnya kurang dari 100, ini sudah 110-120," kata dokter jantung Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Ratih Febriani di Depok, Kamis (4/7/2019).
Ratih menduga, pergeseran usia penderita jantung koroner dikarenakan pola konsumsi masyarakat yang berubah.
Baca Juga: Sering Terbangun di Tengah Malam? Waspadai, Bisa Jadi Ini Penyebabnya
Makanan dan minuman manis yang berlebihan bisa menambah risiko seseorang terkena penyakit jantung.
"Dulu enggak tergantung sama gula, sekarang makin hari makin banyak minuman olahan, terutama yang mengandung gula putih.
Ini perannya besar sekali," ujar Ratih. Ratih mengatakan bahwa kondisi yang terasa sehat dan aktivitas olahraga yang cukup tak berarti menyelamatkan orang dari risiko penyakit jantung.
Satu-satunya cara memastikan Anda terbebas dari penyakit jantung, yakni dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check-up (MCU).
Baca Juga: Simpan Segudang Kebaikan, Ini 7 Khasiat Labu Siam Bagi Kesehatan, Yuk Konsumsi!
"Itu lah pentingnya MCU, bisa mendeteksi faktor risiko," kata Ratih.
Faktor risiko yang dimaksud meliputi kolestrol, gula darah dan tekanan darah.
Ketiga faktor ini selalu menjadi biang kerok penyumbatan pembuluh darah yang berujung pada serangan jantung.
Hal yang sama diungkapkan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Dian Zamroni, Sp.JP(K).
Baca Juga: Berikut 4 Langkah untuk Kikis Lemak dan Bikin Perut 'Rata,' Yuk Simak!
Dia menyebut bahwa faktor risiko jantung koroner terbagi menjadi dua. Ada faktor yang tak bisa dielak seperti riwayat keluarga, kebetulan terlahir laki-laki, dan faktor usia "Laki-laki lebih berisiko, karena perempuan mengalami menstruasi dan menghasilkan hormon estrogen yang bersifat protektif terhadap pembuluh darah," kata Dian.
Faktor kedua, kata Dian, lebih bisa diatur.
Faktor yang dimaksud meliputi hipertensi, kebiasaan merokok, kolestrol tinggi, kegemukan, kurang olahraga, dan diabetes melitus.
Baca Juga: Warisi Darah Soekarno, Inilah Frederik Kiran yang Berparas Bule dan Mulai Beranjak Remaja
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masih Muda dan Rajin Olahraga, Kok Bisa Kena Serangan Jantung?"