Suhu Ekstrem Capai Minus 11 Derajat Celcius, Begini Potret Dieng yang Bersalju, Indonesia Rasa Eropa!

Tatik Ariyani

Penulis

Brrr....Dataran tinggi Dieng alami suhu ekstrem, berikut potret salju di Dieng, Indonesia rasa Eropa!

Intisari-Online.Com -Jelang puncak musim kemarau di Indonesia, suhu beberapa wilayah di Indonesia menjadi rendah sehingga terasa dingin.

Bahkan ada wilayah-wilayah tertentu yang mengalami suhu ekstrem, salah satunya adalah Dieng, Jawa Tengah.

Melansir dari Kompas.com pada Selasa (25/6/2019), bahkan suhu di dataran tinggi Dieng mencapai minus 11 derajat Celcius pada Senin (24/6/2019).

Suhu ekstrem ini menjadikan suasana di dataran tinggi Dieng bersalju layaknya Eropa.

Baca Juga: Embun Sering Jadi Es, Bukan Dieng atau Batu, Ini Kota Terdingin di Indonesia yang Suhu Siang Harinya Bisa Mencapai 15 Derajat Celcius

Banyak orang yang mengabadikan fenomena alam unik ini.

Berikut potret-potret Dieng yang bersalju, Indonesia rasa Eropa.

Meski begitu, ternyata suhu ekstrem tersebut merupakan hal yang normal, seperti disampaikan olehBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (25/6/2019).

"Beberapa hari terakhir suhu udara di sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator, khususnya di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara, cukup dingin dan mengalami penurunan signifikan pada malam hari," ungkap Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo.

"Secara umum, kondisi suhu dingin ini terjadi sebagai akibat dari adanya aliran massa udara dingin dan kering dari wilayah benua Australia yang dikenal dengan aliran monsun dingin Australia," imbuhnya.

Secara klimatologis, monsun dingin Australia aktif pada periode bulan Juni-Juni-Agustus, yang umumnya merupakan periode puncak Musim Kemarau di wilayah Indonesia selatan ekuator, seperti dijelaskan Mulyono.

Baca Juga: Embun di Dieng Beku Jadi Es, Inilah Bun Upas 'Embun Racun' yang Menyerbu Dieng, Bagaimana Fenomena Ini Bisa Terjadi?

"Desakan aliran udara kering dan dingin dari Australia ini menyebabkan kondisi udara yang relatif lebih dingin, terutama pada malam hari dan dapat dirasakan lebih signifikan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan," ujar Mulyono.

Fenomena ini berkaitan dengan atmosfer dan pancaran panas bumi.

"Kondisi musim kemarau dengan cuaca cerah dan atmosfer dengan tutupan awan sedikit di sekitar wilayah Jawa-Nusa Tenggara dapat memaksimalkan pancaran panas bumi ke atmosfer pada malam hari sehingga suhu permukaan bumi akan lebih rendah dan lebih dingin dari biasanya," ungkapnya.

Bukan hanya Dieng, beberapa wilayah juga mengalami suhu ekstrem, bahkan mencapai minus 15 derajat Celcius.

Ia juga menjelaskan suhu rendah ini akan lebih terasa di dataran tinggi atau pegunungan.

Baca Juga: Fenomena Bun Upas Kembali Muncul di Dieng, Bagaimana 'Embun Racun' Ini Bisa Terjadi?

"Berdasarkan data pengamatan BMKG, selama sepekan ini suhu udara lebih rendah dari 15 derajat Celcius tercatat di beberapa wilayah seperti di Frans Sales Lega (NTT) dan Tretes (Pasuruan), suhu udara rendah terukur di Frans Sales Lega (NTT) hingga 9,2 derajat Celcius pada tanggal 15 Juni 2019," kata Mulyono.

"Kondisi suhu dingin tersebut akan lebih terasa dampaknya seperti di wilayah dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah) ataupun daerah pegunungan lainnya di mana pada kondisi ekstrem dapat menyebabkan terbentuknya embun beku atau frost," tambahnya.

Artikel Terkait