Find Us On Social Media :

Digadang-gadang Bakal Jadi Ibu Kota, Ini 3 Masalah yang Bisa Muncul di Wilayah Calon Pengganti Jakarta

By Nieko Octavi Septiana, Sabtu, 22 Juni 2019 | 17:45 WIB

Kebakaran lahan masih menjadi ancaman di Kalimantan seperti dalam foto yang diambil 17/10/2018 lalu.

Kondisi ini membuktikan bahwa masyarakat asli Kalimantan Tengah relatif bisa menerima pendatang dari luar.

Kuncinya, tambah Saputra, adalah penerapan pepatah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Saputra menilai, seiring kajian dan dimulainya program besar pemindahan ibu kota, masyarakat lokal juga harus disiapkan.

Di kota besar seperti Palangkaraya, upaya itu mungkin relatif lebih mudah dibanding di pedalaman.

Karena itulah, langkah penyiapan masyarakat perlu dimulai sejak sekarang agar mampu menerima perubahan tanpa gejolak sosial yang berarti.

Waspada banjir dan kebakaran lahan

Ibu kota baru akan membutuhkan lahan besar yang membawa dampak bagi lingkungan.

Pada sisi yang lain, Kalimantan secara umum rentan bencana karena praktik pembukaan hutan dan tambang.

Paparan itu disampaikan Dimas Novian Hartono, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Tengah kepada VOA.

Menurutnya, kawasan ini rentan bencana ekologis seperti banjir dan kebakaran lahan.

Berita baiknya, dari sisi penanggulangan bencana ekologis, Kalimantan Tengah menjadi salah satu percontohan dalam proyek restorasi gambut yang dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG).

Pemerintah daerah juga sedang mendorong kajian terkait larangan pembakaran untuk pembukaan lahan baru, tetapi butuh waktu hingga upaya itu memberi dampak positif.

“Kondisi lingkungan di Kalteng ini sudah sangat kritis, sehingga memang prosesnya tidak bisa dalam waktu lima tahun untuk menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Seperti Ini Rancangan Pemerintah Untuk Memindahkan Ibu Kota Indonesia, Salah Satunya ke Luar Pulau Jawa