Find Us On Social Media :

Digadang-gadang Bakal Jadi Ibu Kota, Ini 3 Masalah yang Bisa Muncul di Wilayah Calon Pengganti Jakarta

By Nieko Octavi Septiana, Sabtu, 22 Juni 2019 | 17:45 WIB

Kebakaran lahan masih menjadi ancaman di Kalimantan seperti dalam foto yang diambil 17/10/2018 lalu.

 

Masyarakat lokal perlu disiapkan

Tidak hanya berdampak bagi sebuah kawasan, pembangunan ibu kota baru tentu berpengaruh bagi masyarakat, baik positif maupun negatif.

Saputra meyakini, akan ada perubahan drastis di masyarakat lokal.

Sekilas masyarakat menyatakan senang dan siap menjadi warga ibu kota, tetapi di balik itu, kata Saputra, kesiapan itu masih dipertanyakan.

Saputra memaparkan, warga lokal mayoritas adalah suku Dayak dengan nilai budayanya.

Jika dilihat dari sudut pandang desa sebagai tempat pelestarian nilai budaya, tanpa menjadi ibu kota pun, masyarakat asli pelan-pelan telah kehilangan saringan pengaruh budaya luar.

“Apalagi jika menjadi ibu kota. Identitas orang asli ini yang kita tidak ingin hilang dan tergerus dengan banyaknya orang yang akan datang ke Palangkaraya.

Identitas ini perlu dikuatkan, di sanalah peran akademisi, budayawan, tokoh masyarakat yang peduli dengan masyarakat Dayak,” tambah Saputra.

Menurut Saputra, masyarakat Dayak adalah komunitas yang terbuka.

Sejak lama, di Kalimantan Tengah pengaruh pendatang dari Banjar dan Jawa terasa di berbagai sektor.

Dalam bidang ekonomi, suku Banjar memiliki penguasaan relatif besar.

Sementara peran politik masyarakat Jawa juga sangat terasa. Dalam pemilihan kepala daerah, biasanya kombinasi antarsuku diterapkan untuk memperoleh dukungan.

Baca Juga: Kisah Eva Yanthi Arnaz, Mantan Artis Film Panas Tahun 70-an yang Kini Jualan Lontong Sayur untuk Menyambung Hidup