Pencarian ‘Menikah dengan Sepupu’ Jadi Tren Selama Lebaran: Ini Efek Samping dari Perkawinan Sedarah Menurut Sains

Mentari DP

Penulis

Menurut akun Twitter @ilmibumi, banyak orang yang mencari kata mengenai ‘menikah dengan sepupu’ pada lebaran tanggal 5 Juni 2019.

Intisari-Online.com – Sebuah akun Twitter bernama @ilmibumi mengunggah beberapa foto terkait dengan Google Search pada Minggu (9/6/2019).

Lalu dia menulis caption:

“Hayo ngaku siapa yang google search: "menikah dengan sepupu" ...selama libur lebaran ini?!

“Related queries dari pencarian term ini adalah "hukum menikah dengan sepupu"

“Pelaku terbanyak yang googling term ini mereka-mereka yang silaturahmi ke Yogyakarta nih #MenikahiSepupu

Baca Juga: Masih Ingat Diana Pungky si Pemeran Jinny dalam Sinetron Jinny Oh Jinny? Begini Penampilannya Sekarang

Menurut penjelasan akun tersebut, bahwa banyak orang yang mencari kata mengenai ‘menikah dengan sepupu’ pada Hari Raya Idul Fitri tanggal 5 Juni 2019 kemarin.

Bahkan kata-kata tersebut juga menjadi trending pada lebaran-lebaran sebelumnya.

Pertanyaannya, bolehkah kita menikahi sepupu sendiri?

Sebenarnya, jawaban ini sangat banyak. Tergantung dari sisi mana Anda melihat.

Baca Juga: Barbie Kumalasari Ngaku Berhubungan Intim Sampai 8 Kali dalam Sehari, Wajarkah Secara Medis?

Jika ditanya apakah boleh atau tidak, itu tergantung bagaimana pendapat keluarga Anda sendiri.

Dalam sains, pernikahan dengan sesama anggota keluarga ini disebut consanguineous marriage. Atau kita menyebutkan perkawinan sedarah.

Ada beberapa penelitian yang telah melakukan studi mengenai perkawinan sedarah ini.

Dan rata-rata menunjukkan bahwa anak-anak hasil perkawinan sedarah ini memiliki risiko lebih besar menderita penyakit-penyakit genetik tertentu.

Bentuk perkawinan sedarah ini bertentangan dengan tujuan biologis dari perkawinan, yaitu pencampuran DNA.

Untuk diketahui, DNA manusia dibundel menjadi 23 pasang kromosom.

Di dalam setiap kromosom ada ratusan ribu gen dan terlebih lagi, setiap gen memiliki dua salinan yang dikenal sebagai alel.

Gen menentukan berbagai aspek penampilan Anda, seperti warna rambut dan mata, serta faktor biologis seperti golongan darah Anda.

Gen-gen ini terbagi dalam dua kategori, dominan dan resesif. Jika salah satu gen dominan, maka hasilnya adalah Anda mendapatkan sifat gen itu.

Namun, untuk sifat-sifat yang berasal dari gen resesif, Anda perlu kedua gen menjadi resesif. Sebagai contoh, gen untuk mata coklat adalah dominan.

Baca Juga: Ahli Tarot Ramal Luna Maya dan Faisal Nasimuddin Berjodoh dan Bisa Menikah: Benarkah Tarot Bisa Untuk Meramal?

Dengan demikian, punya satu gen ini akan membuat mata Anda menjadi coklat.

Namun, gen untuk mata biru bersifat resesif sehingga Anda perlu dua gen untuk mendapatkan mata biru.

Dominan dan resesif menjadi penting karena cacat bawaan dan penyakit genetik tertentu, seperti cystic fibrosis, yang dibawa oleh alel resesif.

Makin berisiko

Perkawinan sedarah menambah kemungkinan Anda lahir dengan kondisi seperti itu.

Pasangan yang memiliki hubungan darah juga memiliki DNA yang sama sehingga kemungkinan mereka membawa gen resesif yang sama menjadi sangat meningkat.

Menurut sebuah studi pada 2011, tingkat kematian menjelang kelahiran dan kematian pada anak meningkat jika anak itu berasal dari perkawinan sepupu langsung.

Contoh lain, dilansir dari BBC, Profesor Alan Bittles, direktur dari pusat genetik manusia di Perth, Australia pernah mengumpulkan data mengenai kematian anak yang dilahirkan dari pernikahan antara sepupu dari seluruh dunia.

Hasilnya, ada peningkatan risiko tambahan kematian sekitar 1,2 persen dibandingkan pernikahan bukan perkawinan dengan sepupu atau saudara terdekat.

Baca Juga: Fenomena Anak Kecanduan Gadget: Rabun Jauh yang Tak Bisa Disembuhkan Hingga Ngamuk Jika Tak Ada Internet

Artikel Terkait