Find Us On Social Media :

Kisah Algojo Pemenggal Kepala di Arab Saudi, 'Saya Sangat Bangga Melakukan Pekerjaan Tuhan'

By Afif Khoirul M, Minggu, 9 Juni 2019 | 17:30 WIB

Kisah algojo pemenggal kepala di Arab Saudi.

Intisari-online.com - Gaji yang layak, jam kerja yang fleksibel, dan paket tunjangan terbaik. Itulah yang diterima oleh seorng eksekutor negara di Arab Saudi.Seorang pria bernama Muhammad Saad Al-Beshi, seorang algojo bagikan kisahnya kepada The Guardian pada 2003 silam.Kisahnya berawal pada tahun 1998, ketika itu Al-Beshi mendapatkan pekerjaan pertamanya di Jeddah."Penjahat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan satu pukulan pedang aku memutuskan kepalanya," begitulah Al-Beshi menceritakan pengalaman pertamanya.

Baca Juga: Ditanya Soal Peluang Kembali jadi Menteri, Susi Pudjiastuti Nyatakan 'Siap', Pilih Lakukan Ini Jika Kelak Tak Terpilih Kembali"Tentu saja aku gugup, memang ada banyak orang yang menonton tetapi sekarang demam panggung hanyalah sesuatu dari masa lalu," sambungnya.Dia mengatakan bahwa dia tenang di tempat kerjanya, dan melakukan pekerjaan Tuhan.

"Aku tidak tahu mengapa mereka datang dan menonton, jika mereka tidak memiliki keinginan untuk itu, apa mereka pikir orang takut padanya?" kata Al-Beshi."Di negara ini kita memiliki masyarakat, yang mengerti hukum Tuhan,"  tambahnya.

Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Seperti Apa Sakit Pinggang yang Disebabkan Gangguan Ginjal?"Tidak ada yang takut padaku, aku punya banyak kerabat dan banyak teman di masjid, dan aku menjalani kehidupan yang normal sama seperti orang lain," imbuhnya.Sebelum eksekusi, tidak kurang dari itu bahkan ia akan mengunjungi keluarga korban, penjahat untuk mendapatkan ampunan bagi pria yang akan dieksekusi."Aku selalu memiliki harapan, sampai menit terakhir dan aku berdoa pada Tuhan untuk memberikan penjahat kehidupan baru, aku selalu menjaga harapan itu tetap hidup," Jelas Al-Beshi.Al-Beshi tidak mengungkapkan berapa banyak dia dibayar untuk melakukan eksekusi, karena ini adalah perjanjian rahasia dirinya dengan pemerintah.

Baca Juga: Ingin Udara Segar? Letakkan Saja 3 Tanaman Ini di Kamar Mandi Anda

Namun, baginya dia menegaskan bahwa bayaran tidaklah penting. Paling penting adalah pekerjaannya di mana dia bangga melakukan pekerjaan Tuhan."Saya sangat bangga melakukan pekerjaan Tuhan," Kata Al-Beshi.Namun, dia mengungkapkan bagaimana pedang kebanggannya yang digunakan untuk menebas terksekusi bernilai sekitar 20.000 riyal atau sekitar Rp75 juta."Ini hadiah dari pemerintah. Aku merawatnya dan menajamkannya sesekali dan memastikan untuk membersihkannya dari noda darah," katanya.

Baca Juga: Tewas Dimangsa Buaya, Pria Maluku Ini Awalnya Mencari Ikan di Sungai"Ini sangat tajam, orang-orang bahkan kagum betapa cepatnya aku dapat memisahkan kepala daru tubuh tereksekusi,"  tambahnya.Bagi Al-Beshi, mereka tereksekusi menyerahkan diri mereka sebelum dibunuh meskipun mungkin mereka berharap untuk diampuni.

Satu-satunya percakapan yang terjadi adalah ketika dia mengatakan kepada tahanan untuk mengatakan Syahadat sebelum dieksekusi."Hati dan pikiran mereka terangkat, dengan melafalkan Syahadat ketika mereka sampai di alun-alun, lalu aku membaca perintah eksekusi, dan dengan sinyal aku memotong kepala tahanan,"  katanya.

Baca Juga: Tidur Cukup di Masa Muda Ternyata Mampu Mencegah Pikun di Hari TuaTidak ada perbedaan mendasar antara mengeksekusi pria dan wanita, kecuali wanita yang mengenakan jilbab, tidak ada yang diizinkan di dekat mereka, sebelum waktu eksekusi tiba.Saat mengeksekusi wanita, ia memiliki pilihan senjata, "itu tergantung senjata apa yang mereka inginkan, terkadang pedang atau senjata lainnya, namun sebagian besar menggunakan pedang."