Find Us On Social Media :

Kerusuhan di Tanah Abang: Berawal dari Pasar Kambing, Jadi Besar karena Pasar, Lalu Terkenal Sebagai Tanah Kuburan

By Ade S, Rabu, 22 Mei 2019 | 13:45 WIB

Ratusan pengunjuk rasa dari arah Tanah Abang masih bertahan di sekitar kawasan MH Thamrin, tepatnya disamping kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Selasa (22/5/2019) pukul 00.02 WIB dini hari.

Pada mulanya wilayah perluasan kota Batavia ini merupakan tanah milik pribadi orang-orang kaya Belanda. Mereka lalu menyewakan tanah mereka pada orang-orang Cina, yang lalu mengolahnya menjadi tanah pertanian dan perkebunan.

Phoa Bingam termasuk salah seorang penyewa tanah. Karena itulah ia merasa berkepentingan membuat kanal guna memperlancar angkutan hasil kebunnya.Di Tanah Abang Bingam mengusahakan perkebunan tebu, sekaligus memiliki penggilingan tebu. Tebu diolah menjadi gula merah. Karena belum ada peralatan untuk pabrik gula pasir, waktu itu Belanda mendatangkan gula pasir dari luar.Penyewa-penyewa tanah yang lain ada yang berkebun kacang, jahe, melati, sirih dan lain-lainnya. Kini bekas perkebunan itu hanya tinggal namanya: Kebon Sirih, Kebon Jahe, Kebon Kacang, dan sebagainya.

Selain bercocok tanam, orang-orang Cina ini dulu banyak juga yang mengusahakan pabrik arak. Penduduk setempat menyebutnya "arak api", karena kerasnya dan cepat membuat orang mabuk.Hasil perkebunan kemudian dibawa ke kota naik perahu lewat kanal. Dari arah selatan Tanah Abang, melalui Kali Krukut, didatangkan hasil hutan dan ternak. Oleh para pedagang ternak, bukit Tanah Abang ini dijadikan tempat persinggahan sambil menggembalakan ternaknya.

Berhubung yang dijual kebanyakan adalah kambing, tidak heran kalau Tanah Abang lalu dikenal sebagai pasar kambing. Apalagi semakin lama semakin banyak orang Arab, yang dikenal doyan daging kambing, bcrmukim di Tanah Abang.Pasar kambing ini dulunya bersatu dengan pasar Tanah Abang. Scwaktu pasar diremajakan, pasar kambing ini sempat menghilang. Kemudian dibuatkan tempatnya yang baru di pinggir kali, di bclakang Pasar Tanah Abang. Konon pedagang kambing di sini ada yang turun-temurun.

Tahun 1733 pemilik Tanah Abang adalah Justinus Vinck. Vinck bermaksud mendirikan pasar di atas tanahnya, karena melihat kemajuan perekonomian. Tanahnya yang lain adalah Weltevreden. Setelah keluar surat izin tertanggal 30 Agustus 1735, Vinck lalu mulai membangun pasar di Tanah Abang dan di Weltevreden (Pasar Senen).

Baca Juga: Hendropriyono Sebut Kudeta Tak akan Berhasil Tanpa Dukungan Militer: Ini Kudeta Militer Paling Kejam dalam Sejarah