Find Us On Social Media :

Harkitnas: Ini Alasan Mengapa Hari Lahir Budi Utomo Ditetapkan Sebagai Hari Kebangkitan Nasional

By Nieko Octavi Septiana, Senin, 20 Mei 2019 | 15:30 WIB

 

Intisari-Online.Com – Hari ini tanggal 20 Mei bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111.

Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) menjadi momentum perjuangan seluruh rakyat di tanah air.

Harkitnas tak pernah lepas dari sebuah organisasi gerakan nasional bernama Budi Utomo (ejaan lama: Boedi Oetomo (BO)).

Dan tanggal lahirnya Budi Utomo itulah yang dijadikan sebagai Harkitnas, meskipun Budi Utomo bukan organisasi gerakan nasional yang pertama berdiri pada masa perjuangan.

Baca Juga: HARKITNAS: Boedi Oetomo, Pengobar Semangat Nasional Bangsa Indonesia

Lalu mengapa tanggal lahir Budi Utomo yang dipilih sebagai Hari Kebangkitan Nasional?

Berdirinya Budi Utomo diawali oleh kampanye keliling Jawa oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo.

Di Batavia, ia berbicara di depan mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) mengenai kebutuhan adanya Studie Fonds (beasiswa) untuk Bumiputera agar bisa bersekolah, kala itu kampanye dr. Wahidin berorientasi mengenai pemerataan pendidikan masyarakat Bumiputera. Kampanye ini menggugah mahasiswa STOVIA yang dipimpin oleh Soetomo untuk mendirikan sebuah organisasi yang akan dikenal dengan nama Budi Utomo.

Budi Utomo oleh pemerintah kolonial disebut sebagai Het Schome Stroven, bagai bunga berkembang di tengah masyarakat terbelakang dan memberi titik cerah dari masyarakat terjajah, itulah sebutan Budi Utomo oleh pemerintah kolonial. 

Sejak berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, organisasi itu terus berkembang bahkan memiliki redaksi surat kabar bernama Darmo Kondo yang berisi gagasan program-program Budi Utomo.

Meski begitu, karena pendanaannya masih dibiayai kaum priyayi Jawa, dalam menjalankan programnya Budi Utomo memusat pada budaya Jawa.

Akhirnya terjadi keretakan, membuat dua kubu di tubuh Budi Utomo yang berbeda pandangan dan tujuan.

Kubu pertama yaitu golongan konservatif yang menghendaki Budi Utomo fokus pada pengembangan budaya Jawa dan pendidikan dan keanggotaannya bersifat eksklusif, untuk kaum priyayi Jawa dan Madura.

Baca Juga: HARKITNAS : Jelang Harkitnas, Kenali 5 Tokoh Kebangkitan Nasional

 

 Sementara golongan moderat menginkan Budi Utomo merangkul semua golongan dan tidak bersifat kedaerahan serta keanggotannya bersifat terbuka.

Golongan moderat ini dipimpin oleh dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker mendirikan Indiche Partij yang lebih berorientasi pada politik.

Mengenai penentuan hari lahir Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional (dulu disebut Hari Kebangunan Nasional), dinyatakan pertama kali oleh Ki Hajar Dewantara dalam artikelnya di Nederlandsch-Indie Oud & Niew terbitan tahun ketiga 1918-1919.

“Tanpa ragu kini saya berani menyatakan bahwa tanggal 20 Mei adalah Hari Indisch-nationaal (Indisch-nationale day) atau Hari Kebangkitan Nasional.”

Ki Hajar Dewantara menulis itu ketika masa pembuangan di Belanda.

Pada 1948 ketika Indonesia mengalami keadaan yang genting sehingga simbol persatuan dibutuhkan.

Lalu Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat mengusulkan kepada Sukarno-Hatta dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ali Sastroamidjojo agar memperingati peristiwa berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1948 sebagai hari Kebangkitan Nasional yang ke-40.

Tetapi, menurut Ki Hajar Dewantara, inisiatif menjadikan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional itu datang dari Soekarno, presiden pertama Indonesia.

“Hari itu (20 Mei 1908) menurut beliau adalah hari yang patut dianggap hari mulia oleh bangsa Indonesia."

"Karena pada hari itu perhimpunan kebangsaan yang pertama, yaitu Boedi Oetomo, didirikan dengan maksud menyatukan rakyat, yang dulu masih terpecah-belah, agara dapat mewujudkan suatu bangsa yang besar dan kuat.”

Baca Juga: Harkitnas: Yang Disebut Bangsa Sebenarnya ‘Hanya’ Suatu Imajinasi

Soekarno kemudian menugaskan Mr. Asaat, ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk mengadakan pertemuan dengan berbagai perwakilan golongan dan partai.

Hasilnya tersusun panitia pusat dipimpin oleh Ki Hadjar Dewantara.

Perayaan Hari Kebangkitan Nasional berhasil diselenggarakan dan menghasilkan “Dokumen Kesatuan Nasional,” yang ditandatangani berbagai pihak mulai partai-partai politik, serikat buruh dan tani, organisasi pemuda, dan golongan masyarakat baik yang berdasarkan keagamaan, hingga kesenian.

Dokumen tersebut menetapkan 20 Mei 1908 ini sebagai saat permulaan menggalang kesatuan.

Meski penetapan hari lahir Budi Utomo sebagai Harkitnas menimbulkan polemik karena pada awal berdirinya hanya beranggotakan kaum priyayi dan bukan organisasi gerakan nasional pertama yang berdiri, Budi Utomo dipilih karena merupakan organisasi yang paling moderat, nasionalis, dan sebagai unsur pemersatu.

Budi Utomo bebas dari prasangka keagamaan, tetapi lebih untuk meningkatkan pendidikan dan kebudayaan sehingga dapat diterima oleh semua golongan.

Ketika penetapan Harkitnas di tengah gejolak politik Indonesia yang memanas, Soekarno berharap dengan adanya Harkitnas itu, masyarakat, partai politik, dan tokoh di Indonesia kembali bersatu melawan Belanda yang mencoba untuk kembali berkuasa di Indonesia.

Baca Juga: 'Ayo Teruskan Saja Penghinaan Lahir dan Batin Itu!' Tulisan Garang Ki Hajar Dewantara untuk Pemerintah Kolonial Belanda