Find Us On Social Media :

Mei, Bulan 'Nahas' Sukhoi Superjet 100: 7 Tahun Lalu Menabrak Gunung Salak, 4 Hari Lalu Terbakar di Moskwa

By Ade S, Kamis, 9 Mei 2019 | 19:00 WIB

 

Intisari-Online.com - Tepat hari ini, 7 tahun lalu, sebuah tragedi kecelakaan pesawat membawa kabar duka bagi masyarakat Indonesia.

9 Mei 2012, pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang melakukan demonstrasi penerbangan menabrak tebing Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sempat dinyatakan hilang, puing-puing pesawat yang berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, tersebut ditemukan keesokan harinya.

Total 45 orang tewas (37 orang penumpang dan 8 orang awak) dalam tragedi yang disebabkan oleh kesalahan manusia, yaitu pilot yang berani bermanuver padahal tak mengetahui medan.

Baca Juga : Manuver Kobra, Jurus 'Sakti' Sukhoi SU-35 yang Bisa Bikin Lawan Mati Kutu saat Duel Udara

 

Berselang hampir 7 tahun kemudian, Sukhoi Superjet 100 kembali mengalami tragedi.

Kali ini berupa terbakarnya pesawat Sukhoi karena melakukan hard landing setelah beberapa saat sebelumnya baru saja lepas landas, (5/5/2019).

Dari total 78 orang yang berada di dalam pesawat (lima diantaranya adalah awak pesawat), 41 orang dipastikan tewas dalam tragedi yang terekam dalam sebuah video mengerikan tersebut.

 

Meski banyak yang menganggap bahwa Mei menjadi bulan nahas, banyak yang mempertanyakan keandalan pesawat ini. Untuk menjawabnya, mari kita simak profil lengkap dari pesawat buatan Rusia ini.

Baca Juga : Ini Keistimewaan Sukhoi SU-35 Buatan Rusia yang Sebentar Lagi akan Dimiliki Tentara Nasional Indonesia

Profil Pesawat: Supercanggih

Sukhoi Superjet 100 (SSJ100) merupakan sebuah pesawat komersial yang dibuat dan dikembangkan oleh Sukhoi.

Pesawat ini salah satu pesawat terbaru di Rusia dan merupakan pesawat penumpang Rusia pertama yang dikembangkan pasca bubarnya Uni Soviet.

Pesawat yang didukung mesin SaM146 turbofan baru dan dikembangkan oleh PowerJet ini merupakan satu-satunya jenis pesawat komersil yang dibuat oleh Sukhoi.

 

Pesawat ini mulai diproduksi tahun 2007. Hingga saat ini jumlah produksinya adalah 6 unit.

Perancangannya dimulai tahun 2000 oleh Sukhoi dengan dukungan perusahaan kedirgantaraan Barat seperti Boeing sebagai konsultan proyek, Alenia Aeronautica sebagai partner strategis, Snecma sebagai risk-sharing partner, dan berbagai perusahaan lainnya seperti Thales sebagai penyedia paket avionik.

Telah disertifikasi laik terbang oleh Komite Penerbangan Antarnegara pada 3 Februari 2011 dan diharapkan sertifikasi Uni Eropa yang akan segera menyusul.

Sukhoi terbaru ini melakukan terbang perdana pada 19 Mei 2008 memiliki dimensi panjang 26,44 meter, tinggi 10,283 meter, dan lebar sayap 27,8 meter dengan diameter pesawat 3,35 meter.

Baca Juga : Antara Crimea, Sukhoi, Kerupuk, dan Ancaman AS yang Bisa Bikin TNI AU 'Lumpuh'

Pesawat yang dikendalikan oleh dua pilot itu membutuhkan landasan dengan lebar 1,803 kilometer untuk terbang.

Interior pesawat, kabin pesawat SSJ100 kelas bisnis terdiri dari empat kursi dalam satu baris dan kelas ekonomi terdiri dari lima kursi dalam satu baris.

Dengan kapasitas penumpang 98 orang. Lebar kabin pesawat 3,24 meter, ketinggian kabin 2,12 meter, dan jarak lebar antar kursi 0,47 meter.

Kecepatan maksimal pesawat ini adalah 0,81 mach (992,29 kilometer per jam) dengan ketinggian terbang maksimum 12,5 kilometer.

 

Daya jelajah yang dimiliki pesawat ini 3.048/4.578 km (versi jarak jauh pada ketinggian 12.200 meter).

Sementara, berat maksimal yang dapat ditahan ketika take-off adalah 38,8 ton, 35 ton ketika mendarat, dan berat kosong 9,13 ton.

Pesawat ini memiliki teknologi fly-by-wire modern, yang dapat menambah dan mengurangi gigi untuk pendaratan, selain sistem rem sebagai kestabilan pesawat ketika menahan berat.

Sukhoi Aviation mengklaim bila pesawat SSJ100 mempunyai sistem navigasi yang canggih.

Baca Juga : Antara Crimea, Sukhoi, Kerupuk, dan Ancaman AS yang Bisa Bikin TNI AU 'Lumpuh'

Sistem darurat pesawatnya mudah dikendalikan dan friendly bagi pilot. Bahkan diklaim bisa didaratkan oleh satu pilot.

Bahan bakar yang lebih irit 10% dibandingkan pesaingnya, seperti Embraer (Brasil) dan Bombardier (Kanada)

Pengguna pertama SSJ100 adalah maskapai penerbangan nasional Armenia, Armavia, yang membeli sebanyak 4 unit.

Aeroflot, maskapai penerbangan nasional Rusia memesan sebanyak 50 unit, tiga diantaranya sudah masuk dinas.

Di Indonesia, pesawat ini telah dipesan Kartika Airlines sebanyak 15 unit, dan Sky Aviation, juga sebanyak 15 unit.

(K. Tatik Wardayati)

Baca Juga : Indonesia Beli Sukhoi dari Rusia, di Tengah Jalan AS Mulai 'Cawe-cawe'