Find Us On Social Media :

PeduliTubuhmu: Berhenti Meretakkan Leher Hingga Berbunyi ‘Krek’, 2 Orang Ini Lumpuh Hingga Kena Stroke Setelah Melakukannya!

By Mentari DP, Jumat, 3 Mei 2019 | 09:00 WIB

Berhenti meretakkan leher hingga berbunyi ‘Krek’.

Intisari-Online.com – Apakah Anda suka meretakkan leher hingga berbunyi ‘krek’?

Sebenarnya ada banyak orang yang sering melakukan kebiasaan ini. Namun sebaiknya mulai sekarang Anda berhenti melakukannya.

Sebab, ada dua kasus mengerikan yang terjadi setelah seseorang meretakkan leher mereka.

Pertama,  kasus yang dialami Natalie Kunicki (23).

Baca Juga : Mengenal Pangeran Hisahito, Pangeran Berusia 12 Tahun yang Kelak Akan Menjadi Kaisar Jepang

Wanita asal Inggris ini meretakkan lehernya untuk melakukan peregangan ketika menonton film di tempat tidur dengan temannya.

Sejujurnya, ia sering melakukan kebiasaan ini dan berakhir tanpa masalah.

Namun, pada malam 4 Maret 2019 itu berbeda.

Setelah 15 menit meretakkan lehernya, dia ke kamar mandi tapi mendadak perempuan itu tak bisa menggerakkan kaki kirinya.

Dia kemudian dilarikan ke rumah Sakit Univerity College London (UCL). Di sana, dokter menemukan bahwa retakan leher Kunicki pada malam itu telah merusak arteri vertebralisnya.

Arteri vertebralis adalah salah satu arteri utama di leher.

Akibat retakkan leher "sederhana" itu, tercipta gumpalan darah yang memicu stroke dan menyebabkan kelumpuhan di tubuh bagian kiri Kunicki.

Lalu kasus kedua dialami Josh Hader (28).

Pria asal Guthrie, Oklahoma ini merasakan lehernya sakit. Oleh karenanya, dia mencoba meretakannya.

Baca Juga : Ingin Gempur Markas ISIS, AS Kerahkan F-35, Jet Tempur Paling Mematikan yang Ada di Dunia

Tak beberapa lama, sisi kiri tubuhnya mulai mati rasa. Dia pergi ke dapur untuk kompres es tetapi tidak bisa berjalan lurus.

"Saya terus berjalan hampir 45 derajat ke kiri," katanya seperti dilansir dari CNN pada Jumat (3/5/2019).

Pada akhirnya, dia dirawat di rumah sakit.

Menurut dokter, dia telah merobek pembuluh darah yang menuju ke tulang leher. Di mana pembuluh darah tersebut bergabung dengan tengkorak di pangkal otak.

Akibatnya, Josh mengalami stroke. Sebab ia mengalami mati rasa, penglihatan ganda, dan tidak bisa berjalan lurus.

Bahaya meretakkan leher hingga berbunyi ‘krek’

Pada kebanyakan kasus, kebiasaan ini tidak berbahaya.

Namun jika kebiasaan ini menjadi kebiasaan, dilakukan dengan keras, dan terlampau sering, maka akibatnya bisa sangat berbahaya.

Dilansir dari nakita.grid.id, munculnya bunyi ‘krek’ saat meretakkan leher dikarenakan kapsul di sekitar sendi yang membentang yang disebut sendi facet.

Sendi tersebut berada di setiap sisi leher.

Di dalam sendiri, terdapat cairan yang kemudian akan berubah menjadi gas karena tekanan yang diberikan di daerah leher sehingga menimbulkan bunyi.

Dilansir dari healthline, satu studi menunjukkan bahwa retakan yang dihasilkan di leher memiliki efek mental positif.

Karena sebagian orang berpikir bahwa suara retak akan menghasilkan pelepasan tekanan dan sendi yang kaku akibat pegal.

Sayangnya, dalam beberapa kasus, suara retak tesebut tidak selalu berhasil dengan baik.

Baca Juga : Kiper Iker Casillas Kena Serangan Jantung: Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Berikan 6 Tanda Ini

 

Contoh paling mungkin adalah ketika Anda meretakkan leher, maka akan mengakibatkan hipermobilitas, yaitu ruang antara persendian lebih lebar dari biasanya.

Jika dilakukan terlalu sering, maka persendian bisa meregang secara permanen sehingga berisiko terkena osteoartritis (suatu gangguan persendian akibat berkurangnya tulang rawan sendi sehingga terbentuk tonjolan tulang pada permukaan sendi).

Dalam kasus lebih parah, maka bisa menyebabkan pembekuan darah yang kemudian akan menghambat aliran darah ke otak.

Dr Robert Glatter, dokter darurat di Lenox Hill Hospital, New York City menyebut bahwa secara umum retakkan leher perlu dihindari.

Alasannya karena bisa menyebabkan pecahnya dinding pembuluh darah kritis yang memasok darah ke otak.

"Robekan di dinding pembuluh darah dapat menyebabkan stroke jika gumpalan darah terbentuk di lokasi cedera, dan kemudian pecah dan memnlokir aliran darah ke otak," ungkap Glatter dikutip dari Live Science, Jumat (19/04/2019).

Tak hanya itu, menurut Glatter, meretakkan leher juga dapat merusak saraf, ligamen, dan tulang.

Menurutnya, ahli bedah mampu memperbaiki arteri yang rusak. Tapi mereka tidak dapat menghilangkan bekuan darah yang terbentuk.

Meski begitu, gumpalan darah itu diperkirakan akan larut seiring waktu tanpa menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Dengan kata lain, kelumpuhan Kunicki atau stroke yang dialami Josj bisa bertahan pada minggu-minggu.

Wah, seram sekali bukan?

Oleh karenanya, mari kita berhenti meretakkan leher hingga berbunyi ‘krek’.

Baca Juga : Kiper Iker Casillas Kena Serangan Jantung: Ternyata Pesepak Bola Mudah Terkena Serangan Jantung

 

Artikel ini adalah bagian dari kampanye #pedulitubuhmu yang dibuat Intisari. Nantikan infografis-infografis menarik berisi fakta-fakta kesehatan di akun Instagram @pedulitubuhmu.