Find Us On Social Media :

Kisah Pembunuh Terkeji di Dunia, Jadi Petani Sayur Tapi Telah Membunuh 500 orang

By Afif Khoirul M, Senin, 29 April 2019 | 18:00 WIB

Ilustrasi-pembunuh bayaran.

Intisari-online.com - Namanya Julio Santana.

Julio Santana merupakan pembunuh bayaran paling mematikan di dunia, yang diklaim telah melakukan hampir 500 pembunuhan

Julio Santana menjatuhkan lutut kirinya, lalu menyanggakan siku kanannya di pinggulnya dan memegang senapan berburu sampai orang yang disebut Yellow itu benar-benar dalam sasarannya.

Saat itu 6 Agustus 1971, dan Santana masih berusia 17 tahun.

Baca Juga : Nikita Mirzani Melahirkan Bayi Laki-Laki: Mengandung Bayi Laki-laki Lebih Mengancam Jiwa Ibu

Di desanya, jauh di tengah hutan hujan Amazon, dia tinggal di sebuah gubuk bersama orangtua dan dua saudara lelakinya.

Walau hanya pernah berburu tikus hutan dan monyet untuk makanan, Santana dikenal sebagai penembak jitu.

Sementara itu, pria yang akan dia bunuh itu, Antonio Martins nama aslinya, adalah seorang nelayan berusia 38 tahun dengan rambut pirang dan berkulit putih.

Santana telah melihatnya di bawah kanopi hutan yang panas selama tiga jam. Saat itu, dia kurang yakin apakah dia benar-benar bisa menarik pelatuknya.

Yellow, kabarnya, telah memperkosa seorang gadis berusia 13 tahun di desa terdekat, dan ayahnya menyewa paman Santana, pembunuh bayaran profesional, untuk membunuhnya.

Santana tahu bahwa di Amazon yang luas dan tanpa hukum, penduduk setempat kerap menjalankan hukum dengan tangan mereka sendiri selama ratusan tahun.

Namun, dia terkejut mengetahui bahwa pamannya—seorang polisi militer—juga seorang pembunuh bayaran.

Dan si paman kini menyerahkan tugas pembunuh bayaran itu kepada penokannya, kepada Santana, yang dia harapkan bisa menjadi penerusnya.

Santana sejatinya ogah, dia takut masuk neraka karena membunuh manusia lain.

Tapi ketika sang paman, Cicero, menjelaskan bagaimana Yellow telah menipu gadis itu dengan berjanji akan membawanya melihat lumba-lumba merah muda di Sungai Tocantins sebelum memperkosanya di rumahnya, Santan pun berubah pikiran.

Untuk menguatkan hati sang keponakan, Cicero, yang ogah berurusan dengan malaria, meyakinkan keponakannya bahwa Tuhan akan menilai sebaliknya.

Ya tinggal bertobat sajalah, kira-kira begitu nasihat sang paman.

“Dengan begitu aku jamin kamu akan dimaafkan,” kata Cicero.

Baca Juga : Tidak Akan Seperti Avenger Hulk, Dampak Paparan Gamma di Dunia Nyata Bisa Buat Kita Langsung Jadi Mayat