Advertorial

Walau Disukai Wanita, Ternyata Jenggot Pria Mengandung Lebih Banyak Bakteri

Mentari DP

Editor

Sebuah penelitian kecil di Eropa menemukan bahwa rata-rata jenggot manusia penuh dengan bakteri patogen daripada bulu anjing.
Sebuah penelitian kecil di Eropa menemukan bahwa rata-rata jenggot manusia penuh dengan bakteri patogen daripada bulu anjing.

Intisari-Online.com – Anda pria yang memiliki jenggot?

Walau tak banyak, namun ada beberapa pria yang sengaja menumbuhkan jenggotnya.

Memang terkesan lucu dan unik. Tapi ternyata ada bahaya yang mengancam dari jenggot tersebut.

Apa itu?

Baca Juga : Sering Bawa Ponsel Saat Tidur? Awas, Ini 3 Masalah Kesehatan yang Bisa Kita Alami

Dilansir dari livescience.com pada Minggu (28/4/2019), sebuah penelitian kecil di Eropa menemukan bahwa rata-rata jenggot manusia penuh dengan bakteri patogen manusia daripada bagian paling kotor dari bulu anjing.

Untuk penelitian yang diterbitkan dalam jurnal European Radiology edisi Februari 2019, para peneliti menganalisis sampel kulit dan air liur dari 18 pria berjenggot (yang usianya berkisar antara 18 hingga 76), dan sampel bulu dan air liur dari 30 anjing (yang keturunannya berkisar dari schnauzer Jerman), di beberapa rumah sakit Eropa.

Awalnya, para peneliti sedang mencari koloni bakteri patogen pada manusia dan anjing.

Tetapi mereka juga menguji apakah aman bagi manusia untuk memiliki jenggot dengan menggunakan pemindai MRI.

Hasilnya mengejutkan.

Kita sebelumnya sering berpikir bahwa bulu anjing sangat kotor karena mereka menjadi sarang bakteri. Terutama anjing liar dan yang tidak terawat.

Namun dari hasil MRI terlihat bahwa jenggot manusialah yang lebih kotor.

Menurut para peneliti, jenggot pria tidak hanya mengandung mikroba yang secara potensial lebih berpotensi menular daripada bulu anjing, tetapi jenggot para pria tersebut juga bisa menyebarkan bakteri ke hewan.

Baca Juga : Walau Enak, Ternyata Makan Satu Donat Bisa Tingkatkan Kematian Dini Lho

Untuk memindai anjing

Perlu Anda ketahui bahwa pemindai MRI terlalu mahal untuk dimiliki dan dioperasikan oleh sebagian besar klinik hewan.

Oleh karenanya, tak semua klinik memilikinya. Namun sebagian besar rumah sakit bersar memiliknya.

Para peneliti menyeka mulut masing-masing anjing untuk sampel bakteri.

Kemudian mengambil sampel bulu sederhana dengan menggosok piring pengumpul bakteri khusus di antara tulang belikat masing-masing anjing (tempat yang "sangat tidak higienis" di mana infeksi kulit sering ditemui).

Setelah anjing menyelesaikan pemindaian MRI mereka, para peneliti juga mengambil sampel dari tiga titik di pemindai.

Sementara itu, tim juga mengumpulkan sampel bakteri dari jenggot pasien rumah sakit yang akan menjalani pemindaian MRI sendiri.

Jenggotnya dalam kondisi yang relatif baik dan si pasien belum pernah dirawat di rumah sakit pada tahun sebelumnya.

Baca Juga : Studi: Anak-anak yang Terlahir dari Wanita Usia 35 Tahun ke Atas Justru Lebih Baik

Jenggot lebih banyak mengandung mikroba

Hasil tes menunjukkan bahwa semua jenggot dari 18 pria memiliki "jumlah mikroba yang tinggi" daripada kulit dan air liur mereka.

Sedangkan hanya 23 dari 30 anjing yang mengandung mikro.

Bahkan tujuh pria dan empat anjing positif terkena mikroba patogen manusia, jenis bakteri yang dapat membuat seseorang sakit jika mereka menjajah bagian tubuh inang yang salah.

Mikroba ini termasuk Enterococcus faecalis, bakteri usus umum yang diketahui menyebabkan infeksi (terutama infeksi saluran kemih) pada manusia, dan beberapa kasus Staphylococcus aureus, bakteri kolonisasi kulit yang dapat hidup hingga 50% dari semua manusia dewasa, tetapi dapat menyebabkan infeksi serius jika memasuki aliran darah.

Oleh karenanya, para peneliti menyarankan untuk para pria untuk mencukur jenggot mereka.

Alasannya bakteri pada jenggot tersebut bisa menularkannya kepada orang di sekitarnya

"Perkiraan jumlah infeksi terkait bakteri ini di rumah sakit AS dihitung sekitar 1,7 juta pasien per tahun," tulis para penulis.

Dan sekitar 100.000 orang meninggal akibat infeksi tersebut setiap tahun, tulis para peneliti.

Baca Juga : Tak Hanya Hidung, Ternyata Lidah Kita Juga Bisa Mencium Bau Lho

Artikel Terkait