Misteri Kematian RA Kartini, Benarkah Diracun Dokter Belanda?

Yoyok Prima Maulana

Penulis

Salah satu faktor yang memperkuat dugaan tersebut adalah kondisi Kartini nan segar bugar pada saat 30 menit sebelum meninggal.

Intisari-online.com - Sejarah mencatat Raden Ajeng Kartini meninggal karena preeklampsia.

Sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ.

Kartini meninggal usai melahirkan anak pertamanya yang bernama Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat.

Menurut data, Kartini meninggal pada 17 September 1904, empat hari setelah kelahiran anak pertamanya pada 13 September 1904.

Baca Juga : Kisah Soesalit Djojoadhiningrat, Putra Semata Wayang Kartini yang Jadi ‘Orang yang Diharapkan’ Kaum Komunis

Kartini mati muda, meninggal di usia 25 tahun.

Meski begitu, tak semua sejarawan sependapat. Bahkan semacam teori konspirasi yang menyebut, sesungguhnya Kartini meninggal karena diracun.

Salah satu faktor yang memperkuat dugaan tersebut adalah kondisi Kartini nan segar bugar pada saat 30 menit sebelum meninggal.

Menurut suami Kartini sekaligus Bupati Rembang Djojoadiningrat, setengah jam sebelum meninggal istrinya masih sehat bugar dan hanya mengeluh perutnya tegang.

Baca Juga : Bukan Guru Apalagi Dokter, Inilah Cita-cita dari Seorang Kartini Kecil

Van Ravesteijn, dokter sipil dari Pati, datang dan memberinya obat.

Setelah itu, tiba-tiba ketegangan di perut Kartini menghebat dan 30 menit kemudian dia meninggal. "Dalam pelukan saya dan di hadapan dokter."

Demikian kisah yang diceritakan dalam buku berjudul "Kartini, Sebuah Biografi" karya Sitisoemandari Soeroto yang rilis pada 1979.

Sekitar 4 hari sebelum ajal, Kartini melahirkan anak tunggalnya yakni Raden Mas Soesali.

Sebenarnya dokter langganan Kartini adalah Bouman, seorang dokter sipil di Rembang.

sayang saat merasakan kontraksi satu hari sebelumnya Bouman keluar kota.

Karena dokter langganan tidak ada di tempat, suami Kartini terpaksa memanggil dokter Van Ravesteijn dari Pati untuk membantu persalinan istrinya.

Empat hari setelah persalinan, Van Ravesteijn datang untuk memeriksa Kartini.

Kondisi wanita yang terkenal dengan kumpulan surat berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" ini masih baik-baik saja.

Baca Juga : Iseng Lakukan Tes DNA, Hubungan Pasangan Kekasih Ini Justru Hancur Dikarenakan Kelamnya Rahasia Keluarga Sang Pria

Van Ravesteijn lantas meminta Kartini meminum obat. Sekitar 30 menit setelah Ravesteijn pergi, tetiba Kartini merasakan sakit peruh yang menghebat.

Djojoadiningrat lantas menyuruh orang untuk memanggil sang dokter untuk kembali. Namun Kartini tak tertolong lagi.

Kematian mendadak Kartini sontal menimbulkan rumor bahwa istri Bupati rembang tersebut meninggal karena diracun.

Dokter langganan Kartini, Bouman, bahkan sempat melakukan penyelidikan untuk mengungkap kematian yang misterius tersebut.

Dari hasil penyelidikan terungkap, Van Ravesteijn sesungguhnya bukanlah dokter yang dapat dipercaya.

Namun hasil penyelidikan tersebut sepertinya tidak cukup kuat untuk membuktikan teori bahwa Kartini meninggal karena diracun. Atau minimal akibat tindakan malpraktik dokter.

Walhasil, sejarah resmi mencatat Kartini meninggal dunia karena sakit preeklampsia.

Baca Juga : Benarkah Jumlah Suara Prabowo-Sandi Menyusut Karena Serangan Hacker? Ini Jawaban Resmi KPU

Artikel Terkait