Intisari-Online.com - Orangnya biasai saja. Perawakannya kecil, malah nyaris kurus. Tapi kalau sudah-bicara, kata-katanya meluncur sulit dihentikan.
Apalagi kalau ngomongin silsilah dan riwayat hidup R.A. Kartini atau pun Bupati Rembang R.A. Djojoadiningrat, suami pejuang emansipasi wanita itu.
Semuanya dia hafal di luar kepala. Dialah Nurani, mantan juru kunci makam Kartini yang mengaku reinkarnasi putra Raja Brawijaya IV.
Ia menjadi juru kunci makam yang dikunjungi rata-rata 1.000 orang per tahun, yang terletak di Desa Bulu, Rembang, itu sejak 1982.
Gelar jurukunci, tak pelak membuat Nurani acap menghadapi aneka pertanyaan dari peziarah yang datang dari segala penjuru tanah air.
(Baca juga: Nahas, Hendak Hadiri Kartinian, Pelawan Sarwoto Ditusuk Orang Tak Dikenal di Kompleks Lokalisasi Tegalpanas)
(Baca juga: Bukan ‘Kesaktiannya’, Pasukan Tank Belanda Takut pada Sri Sultan Hamengkubuwono IX karena Pendidikannya)
Semua itu nampaknya tak dirasakan sebagai beban, sepanjang masih menyangkut soal silsilah atau kisah-kisah ringan yang terkait tentang Kartini atau pun suaminya.
Tapi tak jarang pula terselip pertanyaan bernada menjurus ke perkara yang nampaknya nyaris selalu dekat dengan keberadaan sebuah makam "suci".
Umpamanya saja, apa syarat agar-bisa mendapat aji penglarisan atau ngalap berkah Eyang Kartini.
Menurut Nurani, selain tidak mengeramatkan, masyarakat tak diizinkan bertirakatan atau nyepi di sana. Namun tak sedikit peziarah yang mengaku datang kembali, setelah permintaan mereka terkabul.
"Pernah ada pengunjung yang kembali berziarah setelah berhasil niatnya membeli mobil kol, atau anaknya berhasil sekolahhya. Malah tempo hari pimpinan sebuah majalah wanita di ibu kota datang ke mari karena majalahnya laku," tutur Nurani, tamatan SD yang baru diangkat jadi pegawai negeri tahuh 1990 lalu.
Bahkah tidak hanya satu-dua pengunjung yang mengaku berziarah, karena sebelumnya ditampaki Kartini.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR