Find Us On Social Media :

Viral Bungkus Mie Instan Sulit Terurai, Ternyata Mie Instan Juga Sulit Terurai di Lambung

By Afif Khoirul M, Selasa, 9 April 2019 | 14:30 WIB

Bungkus Indomie berusia 19 tahun

Intisari-online.com - Sedang hangat di media sosial, masyarakat di kejutkan dengan penemuan sampah plastik berusia 19 tahun.

Alasan mengapa menjadi heboh, karena dalam bungkus mi instan tersebut bertuliskan 'Dirgahayu 55 Tahun Indonesia'.

Artinya bungkus mi instan yang terbuat dari bahan plastik ini diperkirakan sudah terbuang selama 19 tahun lalu ini tetap dalam keadaan normal dan tidak terurai.

Sontak foto ini menuai berbagai komentar warganet, bahkan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti pun ikut mengomentari hal ini.

Baca Juga : Inilah Penjelasan Ahli Gizi Terkait Makan Mie Instan dengan Nasi dan Air Rebusan Mie Instan

Dalam postingan yang diunggah oleh Fianisa Tiara Pradani, pemilik akun Twitter @selfeeani ini diambil pada saat mahasiswa Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya ini sedang melakukan kegiatan kebersihan laut dari sampah.

Namun mungkin belum banyak yang tahu, tak hanya bungkus mi instan saja yang sulit terurai oleh bakteri pengurai, ternyata mi instan sulit dicerna dan terurai oleh lambung.

Melansir dari Tribun Jateng yang mengutip dari Boredomtherapy.com, dalam kurun waktu 20 menit, mi instan belum tercerna dengan baik di dalam lambung.

Seorang ilmuwan menggunakan 'pil pintar' yang merupakan sebuah kamera kecil berbentuk pil multivitamin yang dimasukkan ke dalam tubuh seseorang yang mengonsumi mi instan.

Baca Juga : Viral, Sampah Plastik Bungkus Indomie Berusia 19 Tahun Ini Ditemukan di Malang

Hasilnya, pil pintar yang masuk ke dalam tubuh manusia ini berhasil menangkap rekaman perut saat memproses mi instan.

Dalam rekaman tersebut, terlihat perut berjuang keras untuk menggilingnya. Dalam 20 menit setelah dikonsumsi, mi instan yang masuk ke dalam perut belum berhasil dicerna.

Bahkan mi instan tersebut masih terlihat segar seperti keadaan matang sebelum dikonsumsi.

Para peneliti menemukan, mi instan mengandung aditif dan pengawet buatan berbahaya.

Di antara zat kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya adalah butylhydroquinone, atau dikenal sebagai TBHQ.

Aditif ini berguna untuk memperpanjang masa penyimpanan produk, yang ternyata juga ditemukan dalam kosmetik, pestisida dan berbagai jenis vernis kayu.

Efek samping paling mengerikan dari TBHQ adalah merusak proses dalam sistem pencernaan.

Artinya, zat kimia ini bisa tinggal di dalam tubuh dalam waktu lama.

Tidak seperti makanan lain yang dapat dicerna dalam 6-8 jam setelah dimakan, mi instan butuh waktu berhari-hari untuk dicerna dalam tubuh.

Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak sering mengonsumsi mi instan yang tidak sehat ini.

Beberapa penelitian merekomendasikan untuk mengonsumsi mi intan sekali dalam seminggu saja, demi kelancaran sistem pencernaan. (Nikita Yulia Ferdiaz/Grid Health)

Artikel ini pernah tayang di Grid Health dengan judul Tak Hanya Bungkusnya yang Sulit Terurai, Mi Instan juga Sulit Dicerna oleh Lambung