Untuk Ritual Kuno, Jantung Lebih dari 140 Anak Diambil Saat Masih Berdetak

Mentari DP

Penulis

Jantung mereka diambil tidak lama setelah mereka mati. Karena penting untuk mengeluarkan jantung yang masih berdetak

Intisari-Online.com - Para antropolog telah menemukan bukti pembunuhan ritual massal yang melibatkan kematian lebih dari 140 anak-anak.

Tak hanya itu, ditemukan juga tiga orang dewasa, dan setidaknya 200 ilama muda di pantai utara Peru.

Situs arkeologi Huanchaquito-Las Llamas merupakan tempat kasus pengorbanan anak massal terbesar yang pernah ada di Amerika.

Dilansir dari Los Angeles Times, Rabu (6/3/2019), Gabriel Prieto, profesor arkeologi dari Universitas Nasional Trujillo yang memulai penggalian dari 2011 mengatakan bahwa penemuan itu mengejutkannya dan rekan-rekannya.

Baca Juga : Pertikaian Dua Saudara Kandung Akhirnya Melahirkan Adidas dan Puma yang Sampai Kini Terus Berseteru

Para korban pengorbanan berusia antara 6 hingga 14 tahun.

Mereka terbunuh dalam acara yang terencana dengan baik pada satu hari yang mengerikan.

Tulang mumi mereka ditemukan dengan hati-hati diatur dengan kepala menghadap laut dan kaki menghadap gunung.

Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, semua tampaknya telah dibunuh dengan cara yang sama.

Yakni dengan satu irisan horizontal di atas tulang dada.

Seolah-olah semua ini tidak cukup mengerikan, para peneliti mengatakan bahwa banyak tulang rusuk anak-anak tampaknya telah dipisahkan.

Ini menunjukkan bahwa jantung mereka diambil tidak lama setelah mereka mati.

"Suku Maya menganggap penting untuk mengeluarkan jantung yang masih berdetak," kata John Verano, seorang antropolog di Tulane University di New Orleans dan salah satu pemimpin penelitian, diterbitkan pada hari Rabu di PLOS One.

Baca Juga : Ani Yudhoyono Dilarang Minum Air yang Sudah Dibuka Lebih dari 2 Jam: Ternyata Itu Berlaku untuk Semua Orang

Menurut penanggalan radiokarbon dari kerangka yang digali, peristiwa pengorbanan terjadi sekitar tahun 1450.

Itu adalah masa ketika kerajaan Chimú yang kompleks dan hierarkis memerintah wilayah tersebut.

Kekaisaran berkembang dari abad ke-11 hingga abad ke-15.

Pada puncaknya ia membentang di lebih dari 900 km dari garis pantai.

Yakni dari perbatasan sekarang Peru dan Ekuador selatan ke kota modern Lima.

Anak-anak telah diatur berbaring miring daripada dalam posisi duduk.

Beberapa wajah anak-anak yang lebih tua telah diwarnai merah dengan cat wajah yang terbuat dari cinnabar dan dimakamkan dengan mengenakan hiasan kepala upacara.

Para antropolog tidak tahu banyak tentang sistem kepercayaan Chimú.

Tidak ada catatan tertulis tentang agama mereka, dan karena sebagian besar seni mereka simbolis daripada representasional, itu hanya memberikan sedikit petunjuk tentang praktik keagamaan mereka.

Baca Juga : Catur Brata Penyepian, Empat Pantangan Bagi Umat Hindu Saat Nyepi

Namun, penulis laporan PLOS One mengatakan bahwa petunjuk tentang apa yang mungkin memicu peristiwa berdarah di Huanchaquito-Las Llamas terletak di situs itu sendiri.

Para peneliti mencatat bahwa anak-anak dan llama dimakamkan di lapisan lumpur tebal yang terletak di atas pasir.

Ini menunjukkan bahwa pengorbanan terjadi setelah hujan lebat yang menyebabkan banjir dan tanah longsor di daerah tersebut.

Mungkin pengorbanan epik ini dirancang untuk menghentikan hujan.

Yakni sebagai pengorbanan terhadap dewa-dewa untuk menghentikan bencana dengan mengorbankan anak-anak mereka yang berharga.

Para peneliti telah menentukan bahwa anak-anak semuanya dalam keadaan sehat pada saat kematian mereka, dan bahwa mereka kemungkinan berasal dari berbagai komunitas geografis dan etnis di kekaisaran Chimú.

Baca Juga : 4 Makanan yang Bikin Cepat Tua, Salah Satunya Susu

Artikel Terkait