Find Us On Social Media :

Mobil Baru, Minumnya Ya Euro 4 Dong

By Agus Surono, Sabtu, 16 Maret 2019 | 06:30 WIB

Uni Eropa menetapkan standar emisi kendaraan pertama kali di tahun 1992 dengan nama Euro 1. Pada saat itu, mobil yang berbahan bakar bensin wajib menggunakan katalis. Hal sama berlaku untuk mobil diesel serta mobil berukuran kecil dan besar. Setelah itu standar emisi itu diperbaiki hingga menjadi Euro 6 pada 2014.

Lalu, apa untungnya menerapkan standar emisi seperti Euro 4 untuk kendaraan? Pertama, jelas lebih ramah lingkungan. Semakin tinggi standar Euro yang ditetapkan, semakin kecil batas kandungan gas CO2, NOx, CO, volatile hydro carbon  (VHC), dan partikel lain yang berdampak negatif pada manusia ataupun lingkungan pada emisi mesin kendaraan.

Menetapkan standar emisi yang terbaru juga memberi keuntungan bagi produsen mobil terutama mobil-mobil Eropa. Selama ini produsen mobil menyesuaikan mesin kendaraan yang akan dijual di sebuah negara sesuai dengan standar emisi yang berlaku di negara tersebut. Sehingga produsen tidak perlu menyesuaikan kendaraan mereka apabila Indonesia (misalnya) telah mengikuti standar emisi terbaru.

Dengan menetapkan standar emisi Euro 4 dan 5 juga akan memiliki dampak pada pasar low emission vehicle. Apalagi kendaraan dengan emisi yang lebih rendah juga dikenal lebih hemat bahan bakar. Hemat dan ramah lingkungan menjadi sebuah paduan yang menguntungkan penggunanya.

Baca Juga : Hebat! Pria Asal Surabaya Ini Bisa Mengubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak

Belum ada paksaan

Efek dari penerapan standar emisi tersebut adalah penyesuaian kualitas BBM. Contohnya, Euro 1 mengharuskan mesin berfungsi dengan bensin tanpa timbal. Sedangkan Euro 2 untuk mobil diesel harus menggunakan solar dengan kadar sulfur di bawah 500 parts per million (ppm). Tentu untuk Euro 4 kriterianya lebih ketat, yakni kadar sulfur di bawah 50 ppm.

Menindaklanjuti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan standar dan mutu (spesifikasi) Bahan Bakar Minyak (BBM) setara standar Euro 4, melalui penyaluran bensin (gasoline) RON 98 yang dipasarkan di dalam negeri. Pertamina sebagai salah satu pemasok bahan bakar di Indonesia pun siap memasarkan bahan bakar setara Euro 4, yakni Pertamax Turbo. Salah satu penanda bahan bakar Euro 4 adalah kandungan sulfur maksimal 50 part per million (ppm).

“Untuk bensin, Pertamina sudah mempunyai kilang pengolahan bensin yang setara dengan Euro 4, tidak sama persis ya, sejak tahun 2017, di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. (Tapi) kebutuhan akan bahan bakar setara Euro 4 di Indonesia itu masih sedikit. Banyak outlet SPBU kami yang penjualannya minim sekali. Padahal Pertamina sudah invest banyak untuk menambah outlet di seluruh Indonesia,” kata Remigius.

Diharapkan pemakaian bensin setara Euro 4 ini akan mulai naik karena mobil-mobil yang diproduksi di Indonesia, atau mobil-mobil yang masuk dan dipasarkan di Indoensia, mulai 10 Oktober 2018, khusus mesin bensin, emisi gas buangnya harus sudah mengikuti standar emisi gas buang setara Euro 4. Untuk mencapai tujuan itu, para perekayasa di pabrikan mobil tentu sudah merancang mesin kendaraan tadi agar mampu menghasilkan emisi gas buang sesuai dengan standar emisi setara Euro 4.

Tentu, kondisi ideal tadi akan tercapai jika pasokan bahan bakar yang masuk mesin – dan juga pelumasnya – sudah mengikuti standar Euro 4. Jika tidak, efektivitas mesin dalam menghasilkan emisi gas buang setara Euro 4 akan turun. Lebih parah lagi, seperti yang dikatakan instruktur senior Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana kepada Okezone.com, cepat atau lambat mesin akan rusak. Pada kendaraan mewah, kerusakan itu bisa dalam hitungan bulan. Sementara pada mobil-mobil murah, kerusakan bisa dalam hitungan tahun.

Akan tetapi kenyataan di lapangan bisa berbeda. Mobil-mobil dengan standar emisi Euro 4 masih banyak yang membeli bahan bakar dengan spesifikasi di bawah Euro 4. Hanya demi memperoleh selisih harga. Belum adanya “paksaan” untuk menggunakan bahan bakar yang sesuai melalui mekanisme warranty bisa jadi mereka melakukan hal itu.

“Saya belum melihat ada warranty yang mengaitkan antrara penggunaan bahan bakar dengan kerusakan mesin. Belum ada efek pemaksa bagi pemilik mobil untuk menggunakan bahan bakar Euro 4. Sehingga pemakai mobil ini sering abai. Harusnya ada mekanisme bagi pemakai mobil yang tidak menggunakan bahan bakar setara Euro 4 tidak akan mendapatkan warranty jika terjadi kerusakan mesin mobilnya,” jelas Remigius.

Jalan untuk meminimalkan polusi asap kendaraan nyatanya masih panjang membentang.