Find Us On Social Media :

Mengenal Suku Tengger, Suku yang Tinggal di Gunung Bromo dan Merupakan Para Pengungsi Kerajaan Majapahit

By Mentari DP, Minggu, 24 Februari 2019 | 14:00 WIB

Asal-usul Suku Tengger

Dari asal-usul nama, ‘Tengger’ berarti pegunungan yang mengindikasikan di mana mereka tinggal.

Arti lainnya, ‘Tengger’ berasal dari kalimat Tenggering Budi Luhur yang berarti budi pekerti yang luhur, menggambarkan watak Suku Tengger yang seharusnya.

Robert W. Hefner menulis dalam bukunya yang berjudul “Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam”, bahwa orang-orang Suku Tengger merupakan keturunan dari para pengungsi Kerajaan Majapahit.

Pada abad ke-16, ketika Kerajaan Majapahit yang mulai melemah, penduduk Suku Tengger berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Pulau Bali.

Sementara lainnya, memilih menempati sebuah wilayah di sekitar pegunungan di Jawa Timur dan mengisolasi diri dari luar.

Inilah orang-orang yang dinamakan Suku Tengger.

Kondisi sosial Suku Tengger

Karena mengisolasi diri dari luar selama bertahun-tahun, kondisi sosial Suku Tengger berbeda dengan lainnya.

Ketika hampir semua peradaban Jawa lainnya telah didominasi oleh ajaran Islam, Suku Tengger masih mempertahankan kepercayaan para leluhurnya dari Majapahit.

Diketahui, para leluhur Suku Tengger menganut aliran kepercayaan Siwa-Budha yang kemudian berkembang menjadi agama Hindu seperti yang dipegang oleh Suku Tengger kini.

Soal bahasa pun juga demikian.

Ketika Bahasa Jawa yang berkembang di era modern, mereka masih menggunakan dialek Bahasa Kawi dan terdapat beberapa kosakata Jawa Kuno yang sudah tidak lagi digunakan.

Hal inilah yang menyebabkan orang-orang Suku Jawa lainnya mengalami kesulitan dalam memahami Bahasa Tengger.

Baca Juga : Rupanya Begini Lho Asal Usul Pempek, Makanan Khas Palembang yang Bisa Kita Konsumsi di Mana Saja

Untuk sistem penanggalan, mereka juga berbeda.

Di mana Suku Tengger menggunakan sistem penanggalan Tahun Saka yang mengadopsi dari sistem penanggalan Hindu.

Karena itulah, sistem penanggalan Suku Tengger mirip dengan penanggalan tradisional Jawa maupun Bali.

Dalam satu tahun, terdapat dua belas bulan. Nama-nama bulan tersebut antara lain Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawolu, Kasanga, Kasadasa, Dhesta, dan Kasadha.

Dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari.

Sistem penanggalan inilah yang berguna untuk menentukan pelaksanaan upacara-upacara adat Suku Tengger.

Upacara Yadnya Kasada

Ada satu hal unik yang terkenal di Suku Tengger, yaitu upacara Yadnya Kasada.

Ini adalah upacara yang dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Kasadha.

Di dalam upacara Yadnya Kasada, masyarakat Suku Tengger berdoa kepada Tuhan serta menyerahkan kurban berupa hewan ternak dan hasil tani seperti sayuran dan buah-buahan menuju kawah Gunung Bromo.

Upacara tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan dan berkah.

Kini, upacara Yadnya Kasada menjadi upacara adat Suku Tengger yang mampu menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Gunung Bromo.

Baca Juga : Bayi Tewas Karena Dicium: Ini 3 Bahaya Kesehatan Bila Bayi Dicium