Find Us On Social Media :

Biasa Tumbuh Subur di Mojokerto, Siapa Sangka Tanaman Ini Adalah Rahasia Awet Muda para Samurai Jepang

By Afif Khoirul M, Jumat, 22 Februari 2019 | 18:00 WIB

Intisari-online.com - Daun tradisional Jepang yang sering dimakan samurai ini dipercaya menjadi rahasia awet muda mereka, kata para ilmuwan.

Meski berasal dari Jepang tanaman ini juga tumbuh subur di Kecamatan Trawas, Mojokerto, dan dibudidayakan secara organik oleh masyarakat setempat.

Tanaman bernama nama lengkap angelica keiskei koidzumi atau ashitaba ini telah digunakan untuk menyembuhkan luka dan mencegah infeksi, dan dikenal sebagai 'tomorrow leaf' karena tumbuh kembali dengan cepat setelah dipotong.

Sekarang, para ilmuan menemukan senyawa alami unik dalam tanaman ashitaba ini, bisa membantu melindungi sel dan menunda penuaan pada berbagai spesies dan sel manusia.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Cara kerjanya, dengan mendorong proses 'pembersihan dan daur ulang' dalam sel, menghilangkan sel tidak diinginkan yang dapat menyebabkan penyakit jika dibiarkan menumpuk.

Para peneliti mengatakan itu adalah langkah ke depan untuk mengidentifikasi terapi anti-penuaan yang tidak mengharuskan orang melakukan diet sehat tetapi yang kenyataannya kurang menyenangkan.

Para peneliti di Universitas Graz di Austria, yang dipimpin oleh Profesor Frank Madeo, mendeteksi senyawa dari daun angelica keiskei koidzuma yang disebut 4,4', dimethoxychalcone, atau dikenal sebagai DMC, di daun tanaman.

Pengobatan tradisional Asia sudah lama mengaitkan umur panjang dan kesehatan yang lebih baik dengan tanaman itu, dan para ilmuwan menduga bahan kimia itu berperan.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

"Ini memicu harapan bahwa DMC dapat diterapkan secara terapi pada manusia," tulis para penulis dalam jurnal Nature Communications.

Tim mulai dengan menguji bagaimana zat tersebut mempengaruhi sel-sel ragi, yang biasa digunakan dalam percobaan untuk melengkapi pengujian hewan.

Mereka menemukan itu membantu melindungi sel-sel ragi dari efek penuaan, dan bahwa zat tersebut bekerja dengan baik, atau bahkan lebih baik daripada senyawa pelindung sel lainnya seperti resveratrol, yang ditemukan dalam kulit anggur.

Tim kemudian menguji efek DMC pada sel cacing dan lalat buah, subjek uji umum dalam penelitian medis.

Baca Juga : Inilah Alasan Mengapa Sebaiknya Kita Memakan Apel Tanpa Mengupas Kulitnya

"Hebatnya, pengobatan DMC kronis memperpanjang usia rata-rata dari kedua (lalat dan cacing) sekitar 20 persen," kata penelitian itu.

Tes tambahan menunjukkan senyawa itu membantu melindungi sel-sel di hati tikus melalui proses autophagy, yaitu ketika tubuh membersihkan sel-sel yang rusak dan meregenerasi yang baru.

"Ini adalah proses pembersihan dan daur ulang," kata Profesor Madeo. Ini menghilangkan 'bahan berlebihan, terutama 'sampah' seperti protein agregat'.

Proses 'pembersihan' itu adalah kunci untuk kesehatan yang berkelanjutan seiring bertambahnya usia.

Baca Juga : Percaya bisa Mencegah Kanker dan Meningkatkan Kekebalan Tubuh, Wanita Ini Makan Serangga Hidup Setiap Hari

Ketika sel gagal untuk menghilangkan bagian yang rusak secara cepat dan efisien, bagian rusak tersebut dapat menumpuk dan menyebabkan penyakit termasuk kanker.

DMC juga menunjukkan tanda-tanda perlindungan terhadap sejenis kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan alkohol.

Tim menguji efek DMC pada beberapa jenis sel manusia dan menemukan zat itu membantu memperlambat penuaan dengan mencegahnya, kerusakan sel yang tidak dapat membelah atau meninggalkan tubuh.

"Karya ini mengidentifikasi flavonoid 4,4', dimethoxychalcone (DMC) sebagai senyawa anti-penuaan dengan efek kardioprotektif pada tikus dan potensi untuk mempromosikan umur panjang di seluruh spesies," kata para penulis.

Baca Juga : Kisah Cinta Kate Middleton - Pangeran William: Sempat Putus Akibat Ulah Paparazi, Namun Cinta Mereka Justru Semakin Kuat

"Eksperimen menunjukkan bahwa efek DMC mungkin dapat ditransfer ke manusia, meskipun kita harus berhati-hati dan menunggu uji klinis nyata," kata Profesor Madeo.

Profesor Madeo mengatakan langkah selanjutnya dalam penelitian akan mencakup pengujian apakah efek positif DMC pada jantung tikus meluas, misalnya untuk melindungi tikus terhadap penuaan dan penyakit terkait usia.

"Akhirnya, uji klinis pada manusia diperlukan," tambahnya.

Ilmu pengetahuan sebelumnya telah memberikan harapan bahwa diet seperti puasa, pil, olahraga, adalah salah satu hal yang bisa dijadikan alat anti-penuaan.

Baca Juga : Disebut Telah Punah oleh Para Ilmuwan, Lebah Raksasa Wallace Malah Ditemukan di Indonesia!

Temuan terbaru telah mendorong pencarian alternatif medis.

"Sementara efek menguntungkan dari strategi perilaku dan diet tertentu, terutama pembatasan kalori, tidak dapat disangkal, sebagian besar individu mengalami kesulitan mematuhinya secara ketat dan permanen," tulis ilmuwan dalam penelitiannya.

Tim peneliti menemukan senyawa DMC dengan melihat kelas zat yang disebut flavonoid, yang telah terbukti memiliki berbagai efek menguntungkan, dari sifat anti-inflamasi hingga melindungi terhadap degenerasi otak dan kanker.

Mereka memeriksa 180 senyawa yang mewakili berbagai subkategori flavonoid, mencari kandidat yang mungkin memiliki kemampuan alami untuk 'menangkal kematian sel terkait usia' sebelum menemukan DMC.

DMC, yang hanya dilaporkan bisa membantu dalam studi malaria dan leukemia, yang tidak ditemukan dalam sumber alami lain menurut sepengetahuan para peneliti, membuat tanaman ashitiba sangat istimewa. (Rosiana Chozanah/Grid Health)

Artikel ini pernah tayang di Grid Health dengan judul Daun Ini Dianggap Jadi Rahasia Awet Muda Samurai Jepang, Begini Hasil Uji Coba Peneliti!