Menurut Penelitian, Diet Tinggi Lemak Mungkin Tidak Baik untuk Bakteri Usus

Tatik Ariyani

Penulis

Makan terlalu banyak lemak mungkin buruk bagi bakteri usus, demikian menurut sebuah penelitian baru.

Intisari-Online.com – Makan terlalu banyak lemak mungkin buruk bagi bakteri usus, demikian menurut sebuah penelitian baru dari China.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 2.000 orang dewasa muda sehat yang ditugaskan untuk makan, baik diet rendah, sedang, atau tinggi lemak selama enam bulan.

Mereka yang berada dalam kelompok diet tinggi lemak melihat “perubahan yang tidak menguntungkan” dalam kadar bakteri usus tertentu dan senyawa yang dihasilkan bakteri ini, demikian kata peneliti, seperti dilansir dari Live Science

Perubahan seperti itu mungkin memiliki konsekuensi negatif dalam jangka panjang, seperti peningkatan risiko penyakit metabolik, misalnya diabetes tipe 2.

diet Baca Juga : Buat yang Sedang Diet, Makanan Tinggi Lemak Ini Ternyata Tak Perlu Anda Hindari agar Langsing

Demikian ditulis oleh para peneliti dalam penelitian tersebut, yang diterbutkan dalam jurnal Gut.

Temuan ini mungkin sangat relevan bagi orang-orang di China dan negara-negara lain di mana diet menjadi “kebarat-baratan”, dibandingkan dengan diet tradisional di wilayah tersebut.

Namun, temuan ini mungkin juga berlaku bagi mereka yang tinggal di negara maju seperti AS yang memiliki aturan diet dengan asupan tinggi lemak.

Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa hal tersebut, demikian tulis para peneliti.

Baca Juga : Hati-hati! Kebanyakan Asupan Tinggi Lemak Turunkan Jumlah Sperma

Selain itu, penelitian ini dilakukan pada orang dewasa muda dan sehat, berusia 18 hingga 35 tahun. Jadi, tidak jelas apakah temuan ini juga berlaku untuk kelompok umur lain.

Pada penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa makanan sehari-hari kita dapat mempengaruhi bakteri usus, dan bahwa obesitas telah dikaitkan dengan pengurangan jenis bakteri tertentu.

Sayangnya, relatif sedikit penelitian yang meneliti perubahan bakteri usus setelah orang melakukan diet tertentu.

Dalam penelitian tersebut, peserta secara acak ditugaskan dalam salah satu dari tiga kelompok diet.

Baca Juga : Bergadang 1 Malam Lebih Bahaya Dibanding Makan Makanan Tinggi Lemak Selama 6 Bulan?

Kelompok rendah lemak, yang mendapat 20 persen kalori harian dari lemak dan 6 persen dari karbohidrat.

Kelompok sedang lemak, yang mendapat 30 persen kalori harian dari lemak dan 56 persen dari karbohidrat.

Dan kelompok tinggi lemak, yang mendapat 40 persen kalori harian dari lemak dan 46 persen dari karbohidrat.

Jumlah total kalori dan jumlah protein dan serat dalam makanan peserta adalah sama untuk semua kelompok.

Baca Juga : 5 Makanan Tinggi Lemak Namun Wajib Dikonsumsi

Para peserta juga memberikan sampel darah dan tinja pada awal dan akhir penelitian.

Pada akhir penelitian, yaitu setelah enam bulan, peserta dalam kelompok diet rendah lemak melihat peningkatan kadar bakteri baik yang disebut Blautia dan Faecalibacterium dibandingkan saat awal penelitian.

Mereka yang berada dalam kelompok diet tinggi lemak mengalami penurunan kadar bakteri ini.

Bakteri Blautia dan Faecalibacterium membantu menghasilkan asam lemak yang disebut butyrate, yang merupakan sumber energi utama untuk sel-sel usus dan memiliki sifat anti-inflamasi, kata para peneliti.

Baca Juga : Daging Merah Tinggi Lemak Jenuh itu Sehat?

Memang, ketika para peneliti mengukur kadar butirat dalam sampel tinja peserta, mereka melihat bahwa mereka yang berada dalam kelompok rendah lemak telah meningkatkan kadar senyawa ini pada akhir penelitian, sementara mereka yang berada dalam kelompok lemak tinggi mengalami penurunan kadar.

Terlebih lagi, selama penelitian, orang-orang dalam kelompok diet tinggi lemak mengalami peningkatan kadar bakteri yang disebut Bacteroides and Alistipes, yang telah dikaitkan dengan diabetes tipe 2.

Orang-orang dalam kelompok diet tinggi lemak juga mengalami peningkatan kadar asam lemak rantai panjang, yang diduga merangsang peradangan dalam tubuh.

Para peneliti juga menemukan peningkatan kadar penanda peradangan tertentu dalam darah peserta dalam kelompok lemak tinggi.

Baca Juga : Campurkan Mentimun dan Air Lemon dengan 3 Zat Ini, Lemak di Perut pun Tersingkir

Dibandingkan dengan diet rendah lemak, konsumsi jangka panjang dari diet tinggi lemak tampaknya berdampak negatif, setidaknya bagi orang dewasa muda yang sehat di China, yang beralih ke diet yang lebih kebarat-baratan.

Penelitian ini mencatat bahwa partisipan dalam ketiga kelompok diet menurunkan berat badan selama penelitian, dengan kelompok diet rendah lemak kehilangan berat badan paling banyak.

Tidak jelas apakah penurunan berat badan dapat dikaitkan dengan beberapa perubahan yang terlihat pada bakteri usus peserta dan penanda metabolisme, sehingga penelitian di masa depan diperlukan untuk memperjelas hal ini, kata para penulis.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing dan Universitas Zhejiang di Hangzhou, Cina.

Baca Juga : Jangan Takut Gemuk, Ini 4 Alasan Sehat Kita Tetap Harus Makan Lemak

Artikel Terkait