Find Us On Social Media :

Kisah Natarini, Berhasil Sembuh dari Kanker Darah Karena Bertekad Ingin Sekolah Lagi

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 13 Februari 2019 | 16:15 WIB

Intisari-Online.com – Tak ingin kehilangan teman-teman sekolah membuat Natarini Setianingsih (27) bersemangat untuk sembuh dari leukemia, semasa SMP dulu.

Kini, perempuan lajang ini giat berbagi pengalaman dan semangat pada para pasien kanker anak dan orangtuanya lewat komunitas yang didirikannya bersama empat temannya sesama survivor.

Simak tulisan Hasuna Daylailatu, Natarini Setianingsih; “Aku Sembuh dari Leukemia”, yang pernah dimuat di Tabloid NOVA edisi 1465 tahun 2016 berikut ini.

Dulu, sewaktu aku masih duduk di kelas enam SD, ada salah satu murid ibuku yang menjadi pasien kanker leukemia di Pandeglang, kota tempat tinggalku.

Baca Juga : Ani Yudhoyono Terkena Kanker Darah: Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Diabaikan, Salah Satunya Memar

Waktu itu, penyakit kanker jarang diderita warga Pandeglang, sehingga ketika ada yang menderita penyakit ini, bisa dibilang hampir seisi kota akan tahu dan merasa iba.

Ibuku yang berprofesi sebagai guru SD mengajakku menjenguk muridnya itu bersama guru-guru lain.

Memang benar, kondisi anak itu sangat menyedihkan sehingga membuatku iba. Seminggu sekali dia menjalani transfusi darah, Belum lagi, gusinya mengalami perdarahan dan rambutnya rontok.

Tak lama setelah kami jenguk, anak itu meninggal karena tak kuat melawan penyakitnya.

Baca Juga : Tunda Kemoterapi Leukemia Demi Bayinya, Ibu Ini Meninggal, Begitu Pula Bayinya

Aku ingat, sejak SD aku sudah sibuk. Setelah pulang sekolah, pukul 14.00 aku berangkat ke sekolah agama sampai pukul 17.00. Setahun kemudian, setelah masuk SMP, aku yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara, sibuk dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) dan kegiatan sekolah lainnya.

Mungkin karena inilah, aku yang waktu itu baru berusia 12 tahun kecapekan dan mulai terserang batuk, pilek, demam, dan pucat pertengahan catur wulan pertama.

Sebenarnya, sakitku ini seperti yang dialami orang lain. Kondisiku drop, di sekolah pun sulit berkonsentrasi. Rasanya sungguh tidak nyaman.